Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JELAJAH PANTURA: Jalan Rusak, Pengusaha Rugi & Sopir Bertaruh Nyawa

Ratusan awak pengemudi dari sekitar 200 armada truk pengiriman barang Lookman Djaja, selalu terancam keselamatannya. Begitu pun bagi pemilik, kondisi jalan Pantura turut memberikan ancaman kerugian.
  Foto ilustrasi kondisi jalan rusak
Foto ilustrasi kondisi jalan rusak

Pengantar

Jalur Pantai Utara Jawa merupakan urat nadi perekonomian Pulau Jawa. Jalur ini membentang di 5 provinsi yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Jalur Pantura melintasi kota-kota besar dan sedang di Jawa.

Data Kementerian Pekerjaan Umum menyebut jalur ini memiliki signifikansi yang sangat tinggi dan menjadi urat nadi utama transportasi darat, karena setiap hari dilalui hingga 70.000 kendaraan.

Sebagian jalur ini dilanda banjir parah beberapa pekan yang lalu. Bagaimana dampaknya terhadap kondisi infrastruktur, transportasi, logistik, dan mobilitas warga, serta aktivitas perekonomian di jalur itu?

Tiga wartawan Bisnis Indonesia yakni Kahfi, Muhammad Hilman, dan Miftahul Ulum, mencoba menyusuri jalur ini untuk mengetahui langsung perkembangan di daerah tersebut. Mereka juga akan menggali informasi dari pengguna jalan, perusahaan transportasi dan logistik, serta pihak-pihak terkait. Perjalanan dimulai dari Jakarta dan diharapkan berakhir di Banyuwangi pekan depan. Berikut ini laporan pertama dari penjelajahan jalur Pantura. Ikuti terus laporannya di Bisnis.com:

Jalan Rusak, Pengusaha Terancam Rugi & Sopir Bertaruh Nyawa

Bisnis.com, JAKARTA - Ratusan awak pengemudi dari sekitar 200 armada truk pengiriman barang Lookman Djaja, selalu terancam keselamatannya. Begitupun bagi pemilik, kondisi jalan Pantura turut memberikan ancaman kerugian.

Sabtu (8/2/2014), Bisnis mengunjungi kantor sekaligus pangkalan utama truk-truk angkutan barang Lookman Djaja. Dalam sepekan, inilah kali kedua Bisnis mengunjungi pusat usaha yang berlokasi di Jalan Karang Bolong Raya, Ancol, Jakarta Utara itu.

Sekitar pukul 10.00 WIB waktu itu, masih terbilang pagi untuk memulai aktivitas di hari libur itu. Namun, kesibukkan telah sejak pagi sekali meramaikan tempat ini.

Ada seorang kernet yang sibuk memandu arah supir truk berukuran raksasa agar bisa mendudukan pantat truk di dalam area parkiran. Di dalam areal, sudah berjejer belasan truk lainnya, dan dua buah truk menepi untuk aktivitas bongkar muat.

Tanpa keahlian khusus menyetir truk, pasti akan kesulitan untuk mendapat sudut sempit meloloskan truk sampai di areal parkir. Lorong pemisah antara areal dengan gerbang masuk hanya berdiameter sekitar empat meteran.

Tiap hari begitulah rutinitas para supir dan kernet truk. Keluar-masuk truk menandakan denyut bisnis perusahaan masih ada, serta selamatnya para pekerja yang tengah menjalankan misi pengiriman ke daerah di pulau Jawa, Sumatra, dan Bali.

Sebelum bertemu yang dituju, Direktur Operasional Lookman Djaja Kyatmaja Lookman, Bisnis sempat berbincang dengan beberapa pekerja yang terlibat operasional pengiriman barang. Salah seorangnya adalah pria yang tak sempat menyebut namanya, perawakkannya kekar, memakai kaos oblong hitam bertuliskan "Brimob" di dada yang lapang itu.

Saat itu, pria berwajah kemerah-merahan dan menenteng sebungkus rokok "putih" itu lagi duduk-duduk jelang penugasan. Tugasnya, mengawal truk berberat bawaan sekitar 10 ton, berisikan berdus-dus rokok ke Kotabumi, Lampung.

Nantinya, dia menuturkan, bersama supir dirinya menghabiskan sedikitnya empat hari tiga malam untuk mencapai tempat tujuan. "Baliknya juga naik truk."

Waktu tempuh itupun memang masih bergantung pada kondisi jalanan dan cuaca yang biasa menganggu penyeberangan ke daratan Sumatra. Sudah hampir sebulan, permintaan pengiriman barang melonjak, akibat jalur transportasi darat terhambat.

Hal tersebut diungkapkan Kyatmaja. Bisnis truk pengiriman barang (trucking) tengah empot-empotan, para pelaku usaha seakan terjepit, biaya operasional merangkak sedang tarif jasa tak dapat dinaikkan.

"Sudah sebulan seperti ini. Kami tidak bisa berbuat banyak, sebab tergantung kontrak. Permintaan jasa pengiriman banyak, karena banyak yang terhambat," terangnya.

Dari laporan perjalanan anak buahnya, dia menerangkan, tersebar lubang-lubang besar yang menganga di jalur Utara Jawa. Lubang akibat banjir besar yang terjadi akhir-akhir ini masih tertutupi air, sehingga tak jarang para supir mengurangi kecepatan.

Dia menjelaskan keberadaan lubang di jalur pantura adalah teror bagi pelaku dan pekerja jasa pengiriman barang."Lubang mengharuskan kami menyediakan dana perbaikan dan sukucadang truk."

Tidak hanya itu, keberadaan genangan juga merepotkan pengamanan barang bawaan. "Biasanya air genangan tinggi, sehingga tergilas roda dan memuncrat sampai mengenai barang bawaan."

Keadaan jalur Utara Jawa yang rusak parah juga keluar dari mulut para supir. Bisnis menanyakannya kepada Sumiran, pria setengah baya yang sedang asik nangkring di bemper truk bersama supir lainnya.

Menurut supir yang menikmati waktu istirahat selepas membawa barang dari Surabaya ini, kerusakan parah terjadi di daerah Kendal, Jawa Tengah. "Lubangnya banyak dan dalam, kalau tidak pelan-pelan, pasti jeblos."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper