Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah pendinginan pasar properti Singapura dalam tiga tahun terakhir, pengembang tetap optimis proyek baru mereka tetap dapat terserap.
Hal tersebut tampak dalam hasil riset bertajuk “Property Times Singapore Q4 2013” yang dilansir oleh DTZ. Di laporan tersebut dicantumkan bahwa terdapat sekitar 20.000 unit residensial vertikal yang siap memasuki pasar pada tahun ini.
DTZ menekankan bahwa meskipun suplai baru cukup banyak yang memasuki pasar tahun ini ditambah dengan kebijakan pengetatan pembelian oleh warga asing, diperkirakan tidak akan ada koreksi harga yang cukup tajam
“Pertimbangannya, faktor yang selama ini menjadi pemacu pasar residensial, seperti membaiknya sentimen ekonomi dan suku bunga yang rendah, masih relative sehat,” papar DTZ dalam laporan yang diterima Bisnis, Senin (3/2/2014).
Selain itu, produk yang baru diluncurkan juga memiliki tingkat penjualan yang cukup baik. Dengan demikian, terdapat indikasi bahwa masih ada likuditas pada pasar properti negeri Singa itu, hanya saja pembeli tentunya akan lebih selektif.
Proyek yang ikonik atau berada di lokasi yang tepat diprediksi masih menikmati permintaan yang relatif sehat dibandingkan dengan proyek lainnya. Sebagai catatan, warga asing hanya berhak membeli hunian vertikal di Singapura, dengan status leasehold (hak pakai) selama 99 tahun.
Berikut ini perbandingan harga lima proyek residensial vertikal Singapura yang baru diluncurkan akhir 2013:
Proyek Rentang Harga (Juta Rupiah per m2)
The Inflora 6,65 - 10,3
Nine Residences 8,23 - 11,9
Alex Residences 13,75 - 19,79
DUO Residences 14,47-24,8
Clermont Residence 28,78-30,35
Sumber: DTZ Research, URA (Urban Redevelopment Authority)