Bisnis.com, JAKARTA— Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J Supit menilai Gita menempati posisi sebagai Menteri Perdagangan pada saat yang kurang tepat.
"Timing yang salah, yakni saat defisit transaksi berjalan, kemelut impor, daging sapi," kata Anton seperti dikutip Antara, Sabtu (1/2/2014).
Anton juga menyoroti ada persoalan koordinasi, dan peran Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang dinilai kurang ‘menggigit’.
"Kalau kita mau bekerja di ujung atau hilir tidak ada insentif buat petani dan peternak untuk produksi, maka orang malas menanam atau memelihara ternak, karena saat panen harga jatuh. Saat tidak panen harga melonjak,” katanya.
Kondisi tersebut, tambahnya, menyebabkan yang menikmati lonjakan harga bukan petani atau peternak, tetapi pedagang, broker.
“Ada persoalan koordinasi di sini. Peran Menko (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian) juga kurang menggigit," jelas Anton.
Menurut Anton kurangnya produksi bukan hanya ditangani dengan melakukan impor, melainkan dicari penyelesaian untuk meningkatkan produksi serta alokasi dana yang tepat.
"Ini pembelajaran untuk pemerintah yang akan datang," tambahnya.
Seperti diketahui Gita Wirjawan ditunjuk menjadi Menteri Perdagangan pada 18 Oktober 2011, setelah reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, menggantikan Mari Elka Pangestu.
Gita menyampaikan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Mendag dalam jumpa pers sekitar empat menit 15 detik di Kementerian Perdagangan, Jumat (31/1/2014). Gita ingin lebih fokus untuk mengikuti konvensi calon Presiden Partai Demokrat.
Gita mundur ditengah mencuatnya isu masuknya beras impor medium umum dari Vietnam ke sejumlah pasar pada Januari 2014 yang mengakibatkan terganggunya petani lokal.