Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia menyatakan larangan ekspor mineral mentah tak akan mengubah proyeksi defisit transaksi berjalan 2014 di bawah 3% terhadap produk domestik bruto dengan catatan impor minyak dapat dikendalikan.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo menekankan defisit transaksi berjalan akan berjalan sesuai skenario jika lifting minyak 860.000 barel per hari, harga minyak Indonesia (ICP) US$106 per barel dan konsumsi mampu dikendalikan di angka 48 juta kiloliter.
“BI meyakini defisit akan di bawah 3% jika tiga hal itu terpenuhi,” katanya, Rabu (15/1/2013).
BI memperkirakan current account deficit 3,5% terhadap PDB pada 2013 dan terus menciut pada 2015 dan 2016 masing-masing di bawah 3% dan 2%. Bank sentral memperkirakan defisit transaksi berjalan tahun lalu itu setara US$30 miliar.
Angka itu memang di bawah estimasi otoritas yang semula US$32 miliar, tetapi melebar dari 2012 yang US$24,42 miliar.
Neraca Perdagangan
Otoritas moneter pun memperkirakan neraca perdagangan Desember 2013 surplus US$785 juta atau melebar dari surplus bulan sebelumnya US$776,8 juta. Neraca nonmigas diperkirakan surplus US$2,2 miliar, sedangkan neraca migas defisit US$1,4 miliar.
Dengan surplus pada bulan terakhir itu, neraca perdagangan kuartal IV/2013 diperkirakan surplus US$1,6 miliar yang dibentuk oleh surplus nonmigas US$5 miliar dan defisit migas US$3,37 miliar.
Deputi Gubernur BI Perry Wardijo mengatakan kinerja neraca perdagangan nonmigas membaik seiring pemulihan permintaan dan penguatan harga komoditas, seperti minyak sawit mentah (CPO).
“Faktor domestiknya, permintaan terhadap impor melambat,” katanya.
Perry menuturkan defisit neraca migas menunjukkan tren melandai seiring kebijakan pemerintah tahun lalu yang menaikkan harga BBM bersubsidi dan berhasil menekan konsumsi hingga di bawah perkiraan 48 juta kiloliter.
Namun, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kenyataan berbeda. Defisit neraca migas berfluktuasi selama paruh kedua 2013.
Defisit Neraca Migas 2013 (US$ miliar) | |
Januari | 1,31 |
Februari | 1,07 |
Maret | 0,97 |
April | 1,18 |
Mei | 0,51 |
Juni | 0,73 |
Juli | 1,86 |
Agustus | 0,95 |
September | 1,3 |
Oktober | 0,75 |
November | 1,19 |
Desember | 1,4* |
Sumber: BPS, diolah Ket *) prediksi BI
|