Bisnis.com, JAKARTA-- PT Pertamina (Persero) memproyeksikan perolehan laba bersih pada 2014 mengalami penurunan menjadi US$3,21 miliar, menyusul revisi kenaikan harga elpiji nonsubsidi 12 kg.
Dirut Pertamina Karen Agustiawan dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (6/1/2014) mengatakan, sebelumnya pihaknya menargetkan laba bersih 2014 US$3,44 miliar atau tumbuh 13,17% dibandingkan 2013 sebesar US$3,04 miliar.
"Namun, dengan revisi kenaikan ini, maka laba bersih diperkirakan hanya tumbuh 5,65% dibanding 2013," katanya.
Jumpa pers dilakukan setelah rapat umum pemegang saham (RUPS) yang membahas revisi digelar. Pemegang saham Pertamina yang 100 persen sahamnya dimiliki pemerintah diwakili antara lain Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, dan Kementerian Keuangan.
RUPS sudah memutuskan Pertamina untuk merevisi kenaikan harga elpiji 12 kg yang sebelumnya Rp3.500 per kg mulai 1 Januari 2014 pukul 00.00 menjadi Rp1.000 per kg mulai 7 Januari 2014 pukul 00.00.
Keputusan RUPS juga diambil setelah rapat konsultasi pemerintah yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Setelah ditambah pajak, distribusi, pengisian, dan marjin agen, harga elpiji direvisi dari Rp3.959 menjadi Rp1.183 per kg.
Sementara, harga elpiji setelah revisi di agen antara Rp89.000 hingga Rp120.100 per tabung yang tergantung lokasi. "Di Jakarta, harga di agen Rp90.500 per tabung," kata Hanung.
Setelah revisi, Pertamina masih menanggung rugi Rp4.556 per kg dengan asumsi kurs Rp10.500 dan Rp5.315 per kg dengan kurs Rp12.250 per dolar AS.
Direktur Keuangan Pertamina Andry T Hidayat menambahkan, penurunan laba otomatis mengurangi setoran dividen ke pemerintah. "Semestinya direvisi."
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya menambahkan, pihaknya menjamin ketersediaan elpiji 12 kg dan 3 kg. "Konsumen tidak perlu khawatir."
Saat ini, Pertamina mempunyai stok 336.000 ton atau cukup memenuhi kebutuhan selama 17 hari. Selain itu pihaknya mempunyai cadangan tabung 3 kg baru sebanyak 3,5 juta unit.
Pertamina akan langsung memutus usaha agen elpiji yang menjual harga di atas patokan. "Tidak pakai peringatan lagi. Kami langsung putus,"
Hanung memperkirakan dalam waktu dua minggu, permasalahan elpiji sudah selesai. Pertamina mengimpor elpiji sebesar 59 persen dari kebutuhan 5,6 juta ton pada 2013.
Sisanya, dalam negeri yang terdiri dari produsen lain 30,7% dan 10,1% kilang Pertamina. Kebutuhan tersebut di antaranya 4,4 juta ton untuk elpiji subsidi 3 kg dan 970.000 ton elpiji 12 kg.
"Tahun ini, kami perkirakan konsumsi elpiji 6,1-6,2 juta ton," kata Hanung.
Karen menyebutkan pihaknya telah menyerap seluruh produksi elpiji dalam negeri. "Sisanya, terpaksa diimpor untuk memenuhi kebutuhan."
Oleh karena itu, Pertamina meminta produsen dalam negeri memproduksi lebih banyak elpiji. Ia juga membantah Pertamina memonopoli bisnis elpiji 12 kg. "Tidak ada dasarnya. Yang benar, tidak ada pelaku lain yang masuk." (Antara/if)
Harga Elpiji 12 Kg Direvisi, Target Laba Pertamina Menciut
PT Pertamina (Persero) memproyeksikan perolehan laba bersih pada 2014 mengalami penurunan menjadi US$3,21 miliar, menyusul revisi kenaikan harga elpiji nonsubsidi 12 kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium