Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku bisnis baja memperkirakan harga produk baja naik hingga maksimal 20% pada tahun depan. Hal ini dilakukan lantaran nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tidak pasti.

 Wakil Ketua Umum Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) Ismail Mandry mengatakan harga produk baja bergantung pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pihaknya sendiri belum bisa menargetkan berapa kenaikan harganya lantaran ada wacana kenaikan tarif dasar listrik dan gas pada tahun depan.

“Kalau dolar AS terus menguat, pengaruhnya ke cost. Saya berharap jangan sampai 20% kenaikannya, bisa sampai 20% kalau ini tidak terkontrol dengan baik. Saat ini, saya masih berpikir bisa di bawah 20%,” kata Ismail di sela-sela acara Musyawarah Nasional ke-2 IISIA di Jakarta, Kamis (12/12/2013).

Direktur Utama PT Krakatau Steel Irvan Kamal Hakim mengatakan, terjadinya pelemahan rupiah membuat biaya produksi perusahaan meningkat. Adapun upaya yang dilakukan adalah men-tansfer kenaikan biaya produksi kepada harga juaal. Pasalnya, tidak mungkin industri melakukan kegiatan produksi dengan adanya kerugian.

“Sekarang tinggal bagaimana daya beli masyarakat, apakah bisa menyerap? Yang jelas kami transfer ke harga jual. Paling tidak dampaknya ada penurunan permintaan,” kata Irvan.

Sejak akhir Juni 2013, pihaknya juga sudah mulai melakukan kenaikan harga sebagai dampak dari pelemahan rupiah ini. Adapun range kenaikan harga sekitar 10%-15%. Menurut Irvan, kenaikan harga tidak hanya terjadi pada industri baja saja, melainkan pada sebagian besar industri yang masih mengandalkan bahan baku impor cukup tinggi.

“Untuk tahun depan saya tidak bisa memperkirakan berapa (kenaikan harga). Semua tergantung dolar dan harga baja global,” jelas dia.

Yang pasti, pihaknya berharap tahun depan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa stabil. Pasalnya, ketidakpastian nilai tukar rupiah menimbulkan banyak keraguan di pasar. Bila tahun ini dan tahun depan kondisi ekonomi masih belum membaik, pada 2015-2015 pihaknya optimis semua akan membaik. “Akan banyak good time dibandingkan dengan bad time.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper