Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Cerita Tutut Kalahkah Tommy di Tender Jalan Tol Cawang-Priok

Ini cerita soal bagaimana Mba Tutut dan Tommy bertarung dalam tender proyek Jalan Tol Cawang-Tanjung Priok.

Bisnis.com, JAKARTA—Ini cerita soal bagaimana dua anak mantan Presiden RI (Alm) Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana atau Mba Tutut dan Hutomo Mandala Putra Tommy alias Tommy ‘bertarung’ dalam tender proyek Jalan Tol Cawang-Tanjung Priok.

Cerita ini dituliskan oleh mantan Menteri Pekerjaan Umum Kabinet Pembangunan IV (1983-1988), Sujono Sosrodarsono dalam buku “Dari Soekarno Sampai SBY, Intrik dan Lobi Politik Para Penguasa” (Gramedia, 2008), karya Tjipta Lesmana, pakar komunikasi politik.

Ketika itu Kementerian Pekerjaan Umum—masih bernama Departemen Pekerjaan Umum—membuka tender pembangunan Jalan Tol Cawang-Priok. Ada empat perusahaan bermihat dan mengajukan penawaran tapi pada tahap akhir, hanya dua perusahaan dinyatakan memenuhi persyaratan.

Dua perusahaan yang lolos itu itu dikendalikan masing-masing oleh Tutut dan Tommy dengan menggandeng mitra dari luar. Tentu ini menjadi ujian tersendiri bagi Sang Menteri PU ketika itu. Menteri dan timnya lalu memanggil kedua putra Soeharto itu dan dilakukan wawancara.

Interview pun berlangsung. Tommy dapat kesempatan pertama. Sujono lalu bertanya soal bagaimana pembiayaan dan teknis proyek itu jika nanti Tommy menggarapnya, tapi sayang Tommy tak mampu menjawab dengan baik.

“Saya tanya bagaimana financing, bagaimana teknis, gini gini gini, kan. Tommy ditanya begitu, [menjawab] Apa ya? Dia tanya [pada partner asing]. Apa iya? Dia [orang asing] yang jawab, Oh gini gini gini,” cerita Sujono, halaman 373.

Esoknya, Tutut dapat giliran. Menteri PU pun minta Tutut datang dengan timnya. Pertanyaan yang sama kembali diajukan.

“Mba Tutut direct jawab begini, begini, begini. Yah dia kuasai. Enggak tahu mungkin [dia] belajar semalam sebelumnya, mungkin sudah tanya Dirjen Bina Marga, sama seperti saya waktu mau ujian [dulu]. Semalam sebelumnya belajar kan waktu sekolah? Mungkin juga, tapi kenyataannya dia bisa jawab. Langsung,” kata Sujono.

Menteri langsung bilang “Gimana financing-nya? Yang penting kan financing? Kebanyakan [proyek pembangunan] macet kan karena financing?”

Ok, bisa,” kata Tutut

“Bagaimana?” Tanya Menteri.

“F to F,” jawab Tutut.

“Apa itu F to F?”

Sujono wajar tak mengetahui apa yang dimaksud F to F. Lazimnya orang mengenal G to G atau government to government, P to P atau person to person, atau private to private. “Lha ini F to F?”

Family to family!” jawab Tutut lagi.

“Sultan Brunei yang nanggung! Famili Sultan, [dan] famili Soeharto yang nanggung financing-nya. Jadi jangan khawatir Pak Menteri, financing, Ok!”

“Teknis Bagaimana?” tanya Menteri lagi.

“Teknis Ok, saya akan pakai konsultan Inggris. Hutama Karya konsorsiumnya,” kata Tutut.

“Ok!”

Begitulah. Bagi Sujono memang tak ada masalah dalam pembiayaan proyek itu. Bahkan, katanya, belum pernah terjadi selesai proyek itu lebih cepat 3 bulan dari jadwal.

Dalam situs resmi Hutama Karya, disebutkan Jalan Tol Cawang-Priok merupakan jalan tol full elevated sepanjang 15 km (terpanjang di Asia Tenggara di era 1990-an) dengan konstruksi Gelagar Beton Prestress sepanjang @32,9 m.

Jalan tol itu dibangun antara 1988-1990 dengan menggunakan teknologi “Sosrobahu” sebagai satu-satunya sistem dalam mengatasi padatnya arus lalu lintas di jalan arteri dan mengurangi biaya konstruksi secara menyeluruh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Tahir Saleh
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper