Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom tersohor Nouriel Roubini mengemukakan tujuh tantangan yang harus dilalui Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi setelah melalui fase perlambatan.
Pertama, mengakselerasi infrastruktur, seperti sektor telekomunikasi dan pembangkit energi. Kedua, investasi swasta harus didorong untuk mencapai pertumbuhan 7%. Ketiga, mengurangi kekakuan pasar dan pemogokan buruh.
Keempat, rezim perdagangan dan investasi yang lebih terbuka. Kelima, melawan korupsi. Keenam, memperbaiki iklim usaha. Ketujuh, mengimplementasikan tata kelola pemerintahan yang baik (good corporate governance).
Kedelapan, belanja sosial pemerintah yang lebih tinggi, seperti pendidikan dan infrastruktur publik, tetapi dengan subsidi bahan bakar yang lebih rendah. Kesembilan, memperdalam pasar keuangan. Kesepuluh, investasi lebih besar pada sumber daya manusia.
Guru besar New York University itu menilai respons kebijakan yang digulirkan pemerintah dan bank sentral melalui pengetatan kebijakan fiskal dan moneter untuk mengontrol inflasi dan memecahkan masalah defisit transaksi berjalan merupakan langkah tepat.
“Ini langkah yang benar untuk mengelola twin deficit ketika depresiasi mata uang diperlukan untuk mengendalikan defisit eksternal,” katanya dalam acara Mandiri Investment Forum 2013, Senin (11/11/2013).
Ekonom berjuluk Dr Doom itu berpendapat kondisi Indonesia lebih baik dibandingkan negara berkembang lain, seperti Brasil, India dan Turki.
Hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang rata-rata 6%, ekonomi yang terdiversifikasi, bonus demografi, kebijakan yang berorientasi pasar, utang pemerintah dan swasta yang relatif rendah, masing-masing 30% dan 25%, permintaan domestik yang kuat serta sistem keuangan yang tangguh.
Menurutnya, meskipun melambat akibat pengetatan, pertumbuhan ekonomi 5,5%-5,8% masih cukup baik dan tetap berpeluang melesat pada tahun-tahun berikutnya dengan catatan tujuh tantangan dapat diselesaikan. (ra)