Bisnis.com, MEDAN - Jenderal TNI (Purn) Luhut Pandjaitan, seorang jenderal bintang empat Komando Pasukan Khusus Angkatan Darat (Kopassus AD), menjelma menjadi pebisnis sukses dengan mendirikan PT Toba Sejahtra. Dia memiliki 99,98% saham PT Toba Sejahtra.
Sebagai pria Batak kelahiran Simanggala, Tapanuli pada 28 September 1947, Luhut juga pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada periode Presiden Abdurrahman Wahid. Kini, namanya disebut-sebut sebagai salah satu peminat saham PT Indonesia Asahan Aluminium bersama Pemerintah Daerah Sumatra Utara.
Berdasarkan penelusuran Bisnis dari situs resmi perusahaan PT Toba Sejahtra, perusahaan ini didirikan pada 2004. Toba Sejahtra bergerak dalam empat fokus industri utama yakni batu bara dan pertambangan, minyak dan gas, pembangkit listrik swasta, serta perkebunan dan kehutanan.
Toba Sejahtra memiliki empat konsesi tambang batu bara dengan hasil produksi gabungan mencapai lebih dari 5,5 juta metric ton pada 2011. Kemudian konsesi lahan minyak dan gas seluas 4.567 kilometer persegi di Blok Tenggara Madura, dan sebuah pembangkit listrik independen berdaya 2 x 15 MW dengan tenaga batubara.
Perusahaan ini berambisi untuk mengembangkan bisnis di setiap area ini baik dengan pertumbuhan organik, pengembangan baru, dan melalui akuisisi bisnis dengan orientasi pertambahan nilai.
Meskipun baru berusia kurang dari 10 tahun, perusahaan yang didirikan Luhut berkembang pesat. Anak usaha Toba Sejahtra yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia yakni PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) diganjar sebagai 50 perusahaan terbaik Indonesia 2013 versi majalah Forbes pada urutan 39.
Perusahaan PT Toba Bara Sejahtra Tbk, tercatat meraup penjualan Rp1 triliun. Forbes mencatat nilai kapitalisasi pasar perusahaan yang bergerak dalam sektor pertambangan batu bara ini mencapai Rp1,8 triliun.
Selain Toba Sejahtra, Luhut juga memiliki 16 perusahaan afiliasi lainnya yang terlibat dalam berbagai kegiatan industri, termasuk perusahaan yang bergerak di bisnis properti dan industri manufaktur.
Pada sektor batu bara, melalui PT Toba Bara Sejahtra Tbk, Luhut memiliki empat konsesi penambangan batu bara dengan produksi gabungan lebih dari 5,5 juta metrik ton pada 2011. Pada 2012, total penjualan batubara mencapai US$397 juta atau sekitar Rp4,3 triliun, dengan total aset US$ US$261 juta atau Rp2,9 triliun. Laba bersih perusahaan tercatat sebesar US$11,9 juta atau sekitar Rp130 miliar.
Tidak hanya itu, Luhut juga menjadi kontraktor ladang minyak dan gas di Blok South East Madura seluas 4.567 km2. Ladang minyak ini dikelola oleh PT Energy Mineral Langgeng dan diperkirakan memiliki potensi sumber daya sebesar 2 miliar barel minyak dan 593 miliar kaki kubik gas alam.
Adapun pembangkit listrik independen yang dikelola Luhut memiliki kapasitas 2 X 15 MW berlokasi di Palu, Sulawesi Tengah. Pembangkit yang dikelola oleh PT Pusaka Jaya Palu Power ini telah meneken kontrak dengan PLN untuk pembelian listrik hingga 25 tahun terhitung sejak 2007.
Di dunia politik, Luhut juga dekat dengan pengusaha Aburizal Bakrie yang juga Ketua Umum Partai Golkar. Luhut dipercaya sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar setelah Musyawarah Nasional VIII di Pekanbaru, Riau.
Kedekatannya dengan Aburizal Bakrie juga terlihat dari kantor PT Toba Sejahtra. Perusahaan milik Luhut ini berkantor di Wisma Bakrie 2 Lantai 17 di Jalan HR. Rasuna Said, milik Aburizal Bakrie.
Sepak terjang Luhut di dunia sosial dimulai saat bekerjasama dengan ITB dengan mendirikan yayasan untuk pendidikan dan mendirikan Politeknik Informatika DEL di Laguboti, Toba-Samosir, Sumatera Utara yang berkualitas Internasional.
Para lulusan dari PI DEL ini kerap menjadi pembicaraan dan diperebutkan perusahaan besar karena kualitasnya yang tinggi. Diluar itu, dia juga memberikan bea siswa kepada anak muda berprestasi di sekitar Magelang sebagai penghormatan untuk masyarakat yang sudah mendukung pendidikan Akabri selama ini. Banyak juga sejumlah Infrastruktur diperbaikinya, yang mendapat apresiasi sangat tinggi dari masyarakat Magelang.
Dalam dunia bisnis, Luhut Pandjaitan memegang kuat filosofi "seharusnya bisnis dibangun dengan trust, bukan dengan materi". Di Toba Sejahtra, gaya dan strategi militer yang diadaptasi adalah sepertiga waktu adalah milik komandan, dan sisanya adalah waktu anak buah yang artinya, teamwork yang solid mutlak diperlukan.
Dengan berbagai macam filosofi yang didapat dari latar belakang militernya yang kuat, semua usahanya berjalan dengan sangat baik, dan seiring waktu menghasilkan perusahaan yang berkembang dengan pesat.
Luhut memulai karirnya sebagai perwira TNI yang lulus dari Adhi Makayasa dengan penghargaan lulusan terbaik Akademi Militer. Bertugas di Kopasssus dan terlibat di dalam operasi militer di Kalimantan Barat dalam rangka penumpasan pemberontakan PGRS/Paraku, dan operasi militer di Timor Timur.
Saat bertugas di Kopassus, dia pernah menjabat Komandan Pusat Pendidikan Kopassus di Batujajar, Bandung, Asisten Operasi di Markas Kopassus, Komandan pertama Detasemen 81, sekarang disebut sebagai Detasemen Penanggulangan Teror (Gultor) 81 yang secara khusus menangani terorisme.
Luhut Pandjaitan adalah orang yang membangun Detasemen ini. Selain itu, saat menjabat Komandan Korem di Madiun, dia meraih prestasi sebagai Komandan Korem terbaik.
Memasuki masa purnawira, dia menduduki beberapa jabatan politik, menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura, lalu menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan dalam Kabinet Persatuan Nasional pada tahun 2000-2001.
Saat ini, dia menjadi Ketua Dewan Penasehat Kader Bangsa Fellowship Program (KBFP) yang sekaligus juga sebagai donator tunggal dari semua kegiatan program KBFP. KBFP adalah program yang dibuat untuk membentuk pemimpin-pemimpin muda dari seluruh Indonesia yang berkarakter dan berintegrasi serta berwawasan kebangsaan yang kuat dan mampu menjadi pemenang di era globalisasi.