Bisnis.com, JAKARTA—Seiring berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean dalam 2015, Kamar Dagang dan Industri Indonesia mendesak pemerintah meningkatkan kualitas dan jumlah sumber daya manusia guna menjaga iklim investasi yang kondusif.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Investasi Peter Gontha mengatakan seiring meningkatnya investasi di dalam negeri, pengusaha membutuhkan adanya tenaga kerja yang produktif dan berkualitas guna menjaga daya saing.
“Tenaga kerja yang memiliki gelar Phd di Indonesia hanya sekitar 30.000 orang, jauh dari ideal sebesar 200.000 orang. India saja, memiliki 700.000 orang bergelar Phd dari jumlah penduduk 1,1 miliar,” jelasnya, dalam rakornas Kadin Indonesia, Jumat (25/10/2013).
Pendapat Peter Gontha pun tanpa alasan, mengingat tren investasi dalam negeri bergeser ke sektor pada modal (capital intensive) seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Alhasil kebutuhan tenaga kerja yang sesuai dengan standar perusahaan semakin besar.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), penyerapan tenaga kerja secara langsung pada kuartal III/2013 mencapai 411.543 orang. PMA menyerap 261.527 orang, atau 63,5% dari total penyerapan tenaga kerja.
BKPM juga berpendapat jika keberadaan PMDN dan PMA tersebut diperkirakan dapat mengakibatkan efek ganda (multiplier effect) terhadap penyerapan tenaga kerja secara tidak langsung hingga empat kali.
Sekedar informasi, realisasi penanaman modal asing (PMA) periode Januari-September tercatat naik 21,31% menjadi Rp199,2 triliun, dari periode yang sama tahun lalu Rp164,2 triliun. Dari realisasi tersebut, sektor pertambangan masih menjadi daya tarik PMA yakni US$4,1 miliar.
Sementara realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) tercatat naik 43,2%, menjadi Rp94,1 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp65,7 triliun. Sektor usaha yang menjadi minat PMDN yakni sektor listrik, gas dan air, dengan nilai Rp20,4 triliun.
Peter juga menambahkan sekitar 80% dari tota tenaga kerja yang memiliki gelar Phd yang ada di Indonesia merupakan ahli agama, hukum dan ekonomi. Sementara sisanya 20% memiliki gelar Phd dalam bidang teknologi.
Senada dengan diatas, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan ilmu pengetahuan (knowledge) menjadi faktor kunci guna menjaga daya saing pengusaha tetap kompetitif. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat.
“Kita harus mampu memproduksi barang-barang yang memiliki nilai tambah, apalagi Indonesia akan menghadapi MEA pada 2015. Kalau kita gagal, Indonesia akan menjadi pasar Asean daripada menjadi basis produksi Asean,” tuturnya.
Menurutnya, Indonesia berpeluang menjadi pusat kekuatan kawasan (regional power) dan pemain di pasar dunia (global player). Kendati demikian, lanjutnya, momentum tersebut harus disertai dengan infrastruktur yang memadai guna mendukung perkembangan investasi di Indonesia. (ra)