Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

FS PLTU Indragiri Hulu Ditarget Rampung Akhir Tahun

Bisnis.com, JAKARTA—Konsorsium BUMN Indonesia dan perusahaan negara Malaysia menargetkan studi kelayakan (feasibility study/FS) pembangunan tambang dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2 x 600 MW di Indragiri Hulu, Riau, rampung

Bisnis.com, JAKARTA—Konsorsium BUMN Indonesia dan perusahaan negara Malaysia menargetkan studi kelayakan (feasibility study/FS) pembangunan tambang dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2 x 600 MW di Indragiri Hulu, Riau, rampung akhir tahun ini.

Konsorsium tersebut melibatkan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Bukit Asam (Persero) Tbk. (PTBA), dan perusahaan negara milik Malaysia, Tenaga Nasional Berhad (TNB).

Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Nur Pamudji menuturkan konsorsium yang dibentuk tiga perusahaan tersebut telah membentuk tim khusus untuk melakukan studi kelayakan.

“FS itu akan mempelajari kelayakan rencana proyek dan juga pendanaan,” katanya kepada Bisnis, Kamis (10/10/2013).

Nantinya, 50% listrik dari PLTU Indragiri Hulu itu akan diekspor ke Negeri Jiran. Pengiriman listrik menggunakan kabel bawah laut yang bakal dibangun pada 2017 mendatang.

Dia meyakinkan pasokan listrik untuk wilayah Sumatera sudah berlebih pada tahun itu. Dengan begitu, Indonesia akan mendapatkan keuntungan dari ekspor listrik tersebut.

“PLN menjamin harga listrik tidak akan disubsidi Pemerintah Indonesia,” tegasnya.

Direktur Utama Bukit Asam Milawarma menuturkan investasi pembangunan kawasan tambang dan PLTU itu mencapai US$1,5 miliar—US$1,6 miliar. Rencananya, pembangunan konstruksi proyek tersebut akan dimulai awal tahun depan.

Ketiga perusahaan itu telah meneken nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) pembangunan proyek tersebut.

“Selain telah melakukan studi kelayakan, konsorsium tiga perusahaan ini juga akan membentuk tiga anak usaha yang menjadi penopang pembangunan PLTU tersebut,” ujarnya di sela-sela rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Jakarta, Kamis (10/10).

Secara umum, setiap anak usaha mempunyai fungsi yang berbeda, yakni menyediakan pasokan batubara, pengoperasian PLTU, dan mengembangkan jaringan transmisi.

Dia menambahkan perusahaan penyedia batubara itu akan memakai lahan konsesi perseroan yang memiliki cadangan batubara sebesar 367 juta ton dan sumber daya batubara sebanyak 790 juta ton.

Kebutuhan batubara untuk PLTU tersebut sekitar 5 juta—6 juta ton per tahun. Untuk perusahaan batubara, saham Bukit Asam 51%, PLN 39%, dan TNB 10%.

Sementara itu, kepemilikan saham di perusahaan pengelola PLTU, Bukit Asam sebesar 25%, PLN 37,5%, dan TNB 37,5%.

“Di perusahaan transmisi, saham Bukit Asam hanya 10%, sementara PLN, dan TNB masing-masing 45%,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Herdiyan
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper