Bisnis.com, JAKARTA - Jelang KTT APEC 2013, Amerika Serikat melakukan kunjungan guna memastikan kualitas dan kecukupan pasokan produk perikanan Indonesia yang diekspor ke AS.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan dalam kunjungan lapangan ke kawasan pelabuhan perikanan Benoa, Bali, Minggu (6/10), Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyampaikan apresiasi terhadap sektor perikanan tangkap Indonesia.
“Kunjungan Menlu AS John F Kerry, juga ingin memastikan kondisi perikanan di Indonesia, termasuk kepastian pasokan untuk kebutuhan pasar Amerika Serikat,“ kata Sharif dalam keterangan pers yang diterima Bisnis, Senin (7/10/2013).
Kunjungan tersebut juga membuktikan bahwa kegiatan perikanan tangkap di Indonesia telah memenuhi standar baku AS selaku negara importir, terutama untuk komoditas ikan tuna long line.
Apresiasi AS dinilai penting, pasalnya pasar ekspor tuna Indonesia ke AS cukup besar. Di antaranya, produk tuna beku Anova, yang diproduksi PT Balinusa Windutama.
Berdasarkan data KKP, ekspor tuna, cakalang, dan skipjack dari Indonesia ke AS mencapai US$71,37 juta pada 2011 dan US$91,35 juta pada 2012. Adapun volumenya berkisar 14.000-20.000 ton per tahun.
Pada kunjungan tersebut, John Kerry mengungkapkan pentingnya praktik perikanan berkelanjutan. Pasalnya, kondisi perikanan tangkap dunia saat ini mengalami penurunan yang cukup signifikan.
"Di AS juga terjadi penurunan jumlah tangkapan ikan, misalnya di wilayah New England, AS bagian Timur Laut. Untuk itu, praktik perikanan tangkap yang berkelanjutan menjadi sangat penting," ujar Kerry.
Selain melakukan kunjungan lapangan ke pelabuhan perikanan, AS juga sepakat untuk meningkatkan kerjasama bilateral terkait kemitraan strategis di bidang kelautan dan Perikanan.
“Dari kunjungan Menlu AS, juga disinggung mengenai rencana bantuan AS dalam pengolahan data. Terutama data tentang potensi ikan dan data perubahan cuaca, sehingga memudahkan nelayan untuk menangkap ikan dengan efektif,” kata Sharif.
Selama ini, kerja sama bilateral Indonesia-AS di bidang perikanan dan kelautan dilaksanakan dengan National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA).
Kerja sama tersebut difokuskan pada penguatan kapasitas dalam memerangi IUU Fishing, meningkatkan port state measure, pelatihan, dan memperkuat Program Mitra Bahari (Sea Grant Partnership).
Kerja sama tersebut juga sudah diimplementasikan melalui program Indonesia Marine and Climate Support (IMACS). Program ini merupakan bantuan hibah USA melalui USAID guna mengelola perikanan yang berkelanjutan, adaptasi perubahan iklim, dan penangulangan kerusakan lingkungan.