Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tambak Garam, Ekstensifikasi Lahan Mendesak

Bisnis.com, BANDUNG - Produsen garam di Jawa Barat mendesak pemerintah melakukan strategi ekstensifikasi lahan ke wilayah yang curah hujannya rendah untuk mengatasi masalah produksi garam yang kian menyusut.

Bisnis.com, BANDUNG - Produsen garam di Jawa Barat mendesak pemerintah melakukan strategi ekstensifikasi lahan ke wilayah yang curah hujannya rendah untuk mengatasi masalah produksi garam yang kian menyusut.

Ketua Asosiasi Pengusaha Garam Indonesia (APGI) Jabar Cucu Sutara mengatakan selama ini anomali cuaca mempengaruhi produksi garam, terutama kemarau yang pendek membuat produksi menyusut.

“Pemerintah seharusnya menggulirkan program yang memperhatikan cuaca seperti melakukan ekstensifikasi lahan garam,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (1/10/2013).

Menurutnya, dana Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar) yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan seharusnya bukan untuk sektor produksi tetapi untuk penyerapan garam atau ekstensifikasi lahan.

APGI menilai jika dialokasikan untuk peralatan produksi petambak tidak akan mendapat nilai tambah karena masih sulit berproduksi.

Selama ini, ungkapnya, kualitas garam yang dihasilkan para petambak mayoritas belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. “Agar kualitas garam memenuhi standar, caranya hanya dengan ekstenfikasi lahan,” tegasnya.

Kebutuhan garam industri di Jabar mencapai 600.000 ton per tahun. sedangkan rata-rata volume produksi garam tidak melebihi 260.000 ton per tahun.

“Untuk memenuhi kekosongan pasokan garam lokal, terpaksa perlu garam impor. Akan tetapi, jika ekstensifikasi lahan dilakukan bisa membuat pasokan garam lokal untuk industri terpenuhi,” tuturnya.

Sementara itu, produksi garam di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu pada 2013 diprediksi menyusut 50% atau 700.000 ton dibandingkan dengan produksi tahun lalu yang mencapai 1,4 juta ton.

ANOMALI CUACA

Ketua Asosiasi Petambak Garam Indonesia (Apgasi) Jabar M. Taufik mengatakan susutnya produksi garam akibat anomali cuaca yang terus berlangsung.

Menurutnya, dalam kondisi normal petambak bisa memproduksi garam mulai Juni, tetapi akibat anomali cuaca produksi garam baru dimulai akhir Agustus. “Kemarau tahun ini yang singkat akan menurunkan hasil produksi garam,” ujarnya.

Taufik menambahkan  BMKG sudah memprediksi musim penghujan dimulai pada Oktober 2013 sehinga masa produksi garam tahun ini hanya sekitar 2 bulan. “Meksipun produksi anjlok, tetapi tidak serta mendongkrak harga garam, karena kondisi di lapangan harganya masih tetap rendah,” keluhnya.

Kabid Produksi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Supardi mengatakan produksi garam di kawasan ini menyusut akibat kemarau basah yang terjadi sejak beberapa bulan lalu sehingga petambak garam kesulitan berproduksi.

Menurutnya, untuk memproduksi garam diperlukan beberapa minggu agar petambak bisa mulai memproduksi garam dengan maksimal.

Supardi menambahkan jumlah produksi garam Cirebon saat ini masih perlu didata, tetapi pihaknya memperkirakan produksi garam 2013 turun lebih dari 15% dari total produksi garam tahun lalu yang mencapai 264.022 ton.

“Anomali cuaca pada 2013 juga pernah terjadi pada 2011 yang membuat produksi garam di Kabupaten Cirebon anjlok,” ujarnya.

Juendi, Petambak garam di Kecamatan Kandanghaur, Indramayu mengatakan harga garam di tingkat petambak saat ini hanya Rp350 per kg, dari sebelumnya berkisar Rp580-Rp600 per kg.

Penyebab anjloknya harga garam diduga akibat adanya musim panen garam 2013 serentak. “Stok garam berlimpah di Indramayu otomatis berpengaruh terhadap harganya yang kini hanya Rp350 per kg,” tuturnya.

Juendi memperkirakan pendapatan petambak garam berkurang akibat singkatnya cuaca kering (kemarau) yang seharusnya petambak mulai produksi pada Juni 2013 lalu, kini baru mulai produksi pada September 2013 awal.

“Anomali cuaca membuat para petambak tidak bisa memproduksi garam, karena adanya kemarau basah,” ujarnya. (Adi Ginanjar Maulana/Maman Abdurahman)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper