Bisnis.com, JAKARTA - Seiring dengan pembatalan pengenaan bea masuk antisubsidi (countervailing duty) oleh Amerika Serikat, harga udang di pasar AS diproyeksi akan merosot secara bertahap sebesar 10%-15%.
Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Thomas Darmawan menuturkan investigasi Departemen Perdagangan dan Komisi Perdagangan Internasional AS terkait tuduhan subsidi dan dumping yang dilayangkan Coalition of Gulf Shrimp Industries berujung pada pembebasan CVD bagi tujuh negara eksportir. Impor produk udang beku (frozen warmwater shrimp) asal China, India, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Ekuador terbukti tidak melukai industri pengolahan udang di AS.
"Dengan keputusan ini, harga udang di AS akan turun bertahap. Proyeksi saya, harga turun 10%-15%," ujarnya melalui pesan singkat kepada Bisnis hari ini, Senin (23/9/2013).
Meski harga diperkirakan turun, Thomas optimistis permintaan udang dari AS akan meningkat. Pasalnya, sejak awal 2013, importir AS menahan pembelian udang sembari menunggu kepastian bea masuk impor dan seiring harga yang naik drastis.
"Importir AS menahan pembelian udang sehingga konsumsi udang di restoran dan food service turun. Apalagi harga ikan salmon sedang rendah dan suplai banyak. Ini mensubsitusi produk perikanan lain," kata Thomas.
Selain itu, sejak awal 2013, suplai udang dari kawasan Asia cenderung turun akibat terserang penyakit early mortality syndrome. Penyakit ini berisiko menurunkan produksi hingga 50%.
"India paling siap, karena produksi vaname naik tinggi, bebas EMS dan depresiasi dolar AS sebesar 25% terhadap rupee India," tuturnya.