Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Kian Tertinggal dari Filipina

Bisnis.com, JAKARTA — Selisih pertumbuhan antara Filipina dan Indonesia selaku raksasa ekonomi Asia Tenggara kian melebar, terutama sejak Indonesia menghadapi tekanan untuk menerapkan siklus pengetatan moneter paling agresif sejak 2008.

Bisnis.com, JAKARTA — Selisih pertumbuhan antara Filipina dan Indonesia selaku raksasa ekonomi Asia Tenggara kian melebar, terutama sejak Indonesia menghadapi tekanan untuk menerapkan siklus pengetatan moneter paling agresif sejak 2008.

Menurut tujuh dari 14 ekonom yang  disurvei Bloomberg, Bank Indonesia kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi) untuk kali keempat tahun ini. Sebanyak tujuh analis lainnya memperkirakan tidak akan ada perubahan.

Para analis berpendapat suku bunga acuan dapat menembus 7,5% pada kuartal I/2014, setelah bertahan pada level 7% pekan ini. Padahal, Filipina justru akan menahan bunga acuan pada level 3,5%  sepanjang sisa tahun ini.

Perbedaan manuver kebijakan moneter kedua negara menunjukkan Filipina memiliki daya tahan terhadap krisis yang lebih kuat ketimbang Indonesia. Negara pimpinan Presiden Benigno Aquino III itu juga mengantongi peringkat investasi dari berbagai lembaga.

Tidak hanya itu, Filipina berhasil mempertahankan laju pertumbuhan di atas 7% tahun ini, sedangkan Indonesia harus berperang melawan perlambatan ekspansi yang dibarengi dengan rekor pelebaran defisit transaksi berjalan dan percepatan laju inflasi sejak 2009.

Nilai tukar rupiah juga anjlok 11% kuartal III/2013, menjadikannya mata uang dengan performa terburuk di antara 24 nilai tukar utama pasar berkembang. Kemerosotan itu tujuh kali lipat lebih besar dari depresiasi nilai tukar peso Filipina.

“Ada risiko pasar akan menghukum Bank Indonesia lagi sehingga menciderai rupiah jika bank sentral tidak menaikkan [suku bunga] lebih jauh,” ujar Robert Prior-Wandesforde, ekonom Credit Suisse Group AG yang berbasis di Singapura, Rabu (11/9/2013).

Menurutnya, badai ekonomi Indonesia dewasa ini semakin memburuk. Di sisi lain, Filipina justru kian membaik dan mencapai titik manis dari siklus pertumbuhan ekonomi saat ini. Indeks saham acuan Filipina menguat hampir 7% tahun ini, mengalahkan indeks Jakarta Composite yang hanya naik 1%.

PROBLEMA INDONESIA

Pada 2008, Indonesia menaikkan Fasbi rate hingga delapan kali dan suku bunga acuan hingga enam kali untuk membendung inflasi. Bank sentral secara tak terduga kembali menaikkan bunga acuan pada rapat kebijakan tidak terjadwal 29 Agustus lalu.

Padahal, pada pertemuan 15 Agustus, BI memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan. Bank sentral Indonesia itu juga menaikkan Fasbi rate sebesar 0,5 poin menjadi 5,25%.

Indonesia juga telah menjual saham syariah berdenominasi dolar senilai US$1,5 miliar awal pekan ini, dengan imbal yang mencapai rekor tertinggi sejak 2009. Tujuannya adalah untuk menambah cadangan mata uang asing guna menopang rupiah.

Jumlah cadangan mata uang asing di Indonesia mencapai rekor terendah hampir selama 3 bulan terakhir. Akibatnya, para pembuat kebijakan terpaksa memperpanjang perjanjian swap bilateral dengan Bank of Japan (BoJ) yang bernilai US$12 miliar.

Laju pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% kuartal lalu dari tahun sebelumnya, dan merupakan fase paling lambat dalam 2 tahun terakhir. Secara kontras, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Filipina naik 7,5%, setara dengan PDB China kuartal lalu, setelah Aquino menggenjot belanja dan investasi.

Negara beribu kota Manila itu juga digadang-gadang menjadi salah satu dari 5 kekuatan ekonomi dengan pertumbuhan tercepat tahun ini dan tahun depan. Padahal, fase pertumbuhan rata-rata tahunan Filipina dari 2001—2010 adalah 4,8%, dibandingkan dengan Indonesia yang mencapai 5,3%.

“Bintang Indonesia telah meredup. Sebaliknya, kebangkitan ekonomi Filipina cukup mengesankan. Bersama dengan China, negara itu akan menjadi kekuatan ekonomi Asia dengan pertumbuhan tercepat beberapa tahun mendatang,” imbuh Gareth Leather, ekonom Capital Economics Ltd. yang berbasis di London, sebagaimana dikutip Bloomberg, Rabu (11/9).

Perbandingan Indonesia—Filipina:

Indikator                                                                     Indonesia                    Filipina

PDB QII/2013                                                              5,8%                            7,5%

Laju pertumbuhan rata-rata (2001—2010)                  5,3%                            4,8%

Suku bunga acuan                                                      7%                               3,5%

Indeks saham acuan                                                    Menguat 1%                Menguat 7%

Depresiasi nilai tukar QIII/2013                                   11%                             1,5%

Sumber: Bloomberg, 2013

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper