Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menperin Siap Pertemukan Russal dengan Freeport

Bisnis.com, JAKARTA- Kementerian Perindustrian siap menyandingkan Russian Alumunium (Russal), perusahaan alumunium berbasis di Moskwa, Rusia dengan PT Freeport Indonesia guna memperkuat industri tambang dalam negeri, khususnya nikel dan tembaga.

Bisnis.com, JAKARTA- Kementerian Perindustrian siap menyandingkan Russian Alumunium (Russal), perusahaan alumunium berbasis di Moskwa, Rusia dengan PT Freeport Indonesia guna memperkuat industri tambang dalam negeri, khususnya nikel dan tembaga.

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan dalam dalam pertemuan G-20 beberapa waktu lalu, Indonesia menerima tiga perusahaan Rusia yang berminat berinvestasi di Indonesia, salah satunya Russal yang merupakan perusahaan industri tambang yang cukup besar.

Menurut Hidayat, sekitar 4 tahun-5 tahun lalu, Russal sudah melakukan perjanjian dengan PT Aneka Tambang Tbk untuk pembangunan smelter di Tayan, Kalimantan Barat. Namun, lantaran krisis dan ketidakcocokan dengan partner, rencana tersebut batal.

“Sekarang Russal mau masuk untuk Nikel dan Tembaga, saya bilang jangan banyak berdalih, akan saya pertemukan dengan Freeport nanti. Saya janjikan Russal mendapat jaminan suplai konsentrat dari Freeport,” kata Hidayat di Jakarta, Selasa (10/9).

Hidayat mengatakan, bulan depan Russal akan datang ke Indonesia untuk melanjutkan pembicaraan mengenai rencana ini.

Mengenai kerjasama dengan Freeport, menurut Hidayat, bila tidak membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri, Freeport sudah berjanji akan menyediakan bahan baku yang selama ini diekspor semuanya.

“Sekarang dia (Freeport) berjanji akan kerja sama dengan investor smelter di Indonesia. Jadi, saya akan pertemukan Russal dengan suplier, yaitu Freeport,” tambahnya.

Sebelumnya, pada pertengahan Juni lalu, Russal sudah datang ke kantor Kementerian Perindustrian dan diterima oleh Wakil Menteri Perindustrian Alex SW Retraubun. Russal diklaim akan mengeluarkan investasi sekitar US$2 miliar untuk membangun pabrik pengolahan (smelter) bauksit menjadi alumina di Kalimantan Barat.

Menurut Alex, dahulu memang Russal pernah membatalkan niat berinvestasi di Indonesia dengan alasan krisis.

Namun, dengan adanya kebijakan Undang-Undang No.4/2009 tentang Mineral dan Batu bara saat ini, yang melarang pengiriman bahan baku ke luar negeri, Russal kembali tertarik. Rencananya, Russal ingin mengendalikan China dengan bisnisnya di Indonesia.

Adapun investasi US$2 miliar tersebut, Russal akan membangun pabrik dengan kapasitas pabrik pengolahan sekitar 1,8 juta ton per tahun.

Untuk lokasi pembangunan pabrik, akan dibangun di Kalimantan Barat. Untuk merealisasikan pembangunan tersebut, kemungkinan besar Russal memang akan menggaet partner lokal kembali. “Russal sudah mengunjungi Kalimantan Barat.”

Seperti diketahui, aturan kewajiban membangun smelter guna meningkatkan nilai tambah produk Indonesia memang membuat banyak investor merapat untuk berinvestasi di Indonesia. Untuk investor yang berencana berinvestasi smelter jenis alumunium, diperkirakan sudah ada lima investor yang serius berminat.  (ra)

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper