Bisnis.com, JAKARTA – Pengusaha mebel dan kerajinan tangan meyakini kondisi pelemahan rupiah dan kebijakan penerapan sistem sertifikasi verifikasi legalitas kayu (SVLK) pada 2014 mampu menggairahkan kembali industri furnitur.
Dua situasi tersebut mulai menarik setidaknya 20 investor asing dengan potensi investasi yang diperkirakan mencapai US$300 juta – US$500 juta. Investor asing yang telah siap terjun ke Indoensia itu di antaranya seperti China, Malaysia, Singapura, Thailand dan sejumlah negara di Eropa.
Ambar Tjahyono, Ketua Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Tangan Indonesia (Asmindo), mengatakan puluhan investor yang sudah melirik pasar mebel tersebut nantinya akan bekerja sama dengan pengusaha mebel dan kerajinan di Indonesia.
“Kami telah mengadakan pertemuan dengan mereka itu untuk membicarakan ini. Saya mencoba menarik investor ke Indonesia melalui kegiatan ASEAN Furniture Industries Council waktu lalu,” katanya kepada Bisnis, Senin (9/9/2013).
Dia menjelaskan selama ini hasil industri mebel dan kerajinan dalam negeri dikuasai oleh pasar lokal, tapi saat ini menjadi kesempatan para pengusaha mebel untuk menggenjot ekspor.
“Rencananya November ini kami ke Vietnam untuk melanjutkan misi, supaya mebel dalam negeri berkembang,” katanya.
Ambar menjelaskan penerapan SLVK menjadi daya tarik bagi pasar luar negeri, khususnya Eropa yang hanya menerima produk-produk tersertifikasi.
Untuk itu, lanjutnya, Asmindo mengajak para pengusaha mebel dan kerajinan lainnya untuk bergabung dengan asosiasi dalam hal memperkuat bisnis melalui berbagai cara seperti mengadakan pelatihan dan proses sertifikasi.
“Kalau rupiah bertahan lama seperti ini, kami tidak perlu bingung, mereka [investor] justru seperti membeli furnitur Indonesia dengan mendapat diskon sampai 20%,” ujar Ambar.
Selain itu, katanya, selagi ekonomi Eropa dan Amerika mulai membaik, pengusaha juga mulai mempersiapkan produksi sebaik mungkin untuk mencapai target pertumbuhan ekspor.
Pada 2013, Asmindo menargetkan pertumbuhan ekspor mebel dan kerajinan 11,5% atau mencapai US$2,9 miliar dibanding tahun lalu yakni US$2,6 miliar. Namun, target tahun ini mulai dikoreksi setidaknya sama dengan pertumbuhan tahun lalu.