Bisnis.com, JAKARTA—Ancaman sesungguhnya terhadap pasar Indonesia ternyata bukan pengurangan atau penghentian quantitative easing (QE) oleh Federal Reserve, melainkan penaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat itu.
Ekonom Bank Mandiri Aldian Taloputra mengatakan sebelum QE ketiga dimulai sejak awal tahun ini, ada masa-masa saat the Fed tidak menyuntikkan dana apapun ke pasar obligasi mereka.
“Saat-saat QE tidak ada sekalipun, tetap ada arus masuk. Berarti, bukan tapering yang ditakutkan tetapi justru suku bunga naik yang ditakutkan oleh pasar,” jelas Aldian, Kamis (29/8/13).
Rata-rata arus modal portofolio yang masuk ke pasar Indonesia mencapai Rp4 triliun per bulan saat tidak ada QE. Sejak the Fed menyuntikkan dana US$85 miliar per bulan ke pasar utangnya, rata-rata arus masuk tersebut meningkat menjadi Rp6 triliun per bulan.
Menurut Aldian, jika suku bunga the Fed naik maka investor akan menarik dananya dari pasar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dan memindahkannya ke AS karena imbal hasil yang lebih tinggi dan risiko yang lebih rendah.