Bisnis.com, JAKARTA—Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Raja Sapta Oktohari menginstruksikan kepada seluruh anggotanya untuk tidak berspekulasi terhadap Amerika Serikat (AS), karena dikhawatirkan membuat ekonomi nasional memburuk.
Dia mencontohkan aksi spekulasi yang dilakukan, antara lain mengambil untung dari menguatnya mata uang Negeri Paman Sam itu dengan menjualnya saat harganya melambung.
"Kami mengimbau anggota Hipmi dan masyarakat jangan panik menghadapi anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan IHSG [indeks harga saham gabungan] yang terjadi beberapa pekan ini," ujarnya dalam jumpa pers, Rabu (28/8/2013)
Hipmi berharap pemerintah segera merealisasikan paket stimulus fiskal yang telah diumumkan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa pekan lalu.
Pemerintah telah mengeluarkan paket kebijakan untuk memperbaiki struktur dan memperkuat fundamental ekonomi di tengah memburuknya kondisi makroekonomi yang terindikasi dari pelemahan nilai tukar rupiah, defisit transaksi berjalan, dan defisit neraca perdagangan.
"Pemerintah harus berkonsentrasi untuk merealisasikan kebijakan itu karena selama ini dinilai belum ada pengaruhnya ke kondisi makroekonomi," tuturnya.
Berdasarkan data kurs valas Bloomberg, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), meskipun masih ditransaksikan di atas level Rp11.200 per dolar AS hingga sore ini. Rupiah menguat 0,64% ke level Rp11.265 per dolar AS.
Sementara itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) melesat 1,48% ke level 4.026,48 pada penutupan perdagangan, Rabu (28/8/2013).