Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indikator Harga dalam Impor Daging Berpotensi Gencet Peternak

Bisnis.com, JAKARTA - Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia menganggap pemberlakuan kebijakan harga berpeluang mendorong upaya impor daging sapi secara besar-besaran. Hal ini akan berpotensi mendistorsi harga di tingkat peternak.

Bisnis.com, JAKARTA - Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia menganggap pemberlakuan kebijakan harga berpeluang mendorong upaya impor daging sapi secara besar-besaran. Hal ini akan berpotensi mendistorsi harga di tingkat peternak.

Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Teguh Boediyana mengatakan mudahnya kebijakan impor daging sapi yang dikeluarkan pemerintah berpotensi mendistorsi harga di tingkat peternak. Untuk itu, dia berharap pemerintah berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan impor daging sapi.  

"Seharusnya pemerintah melindungi peternak dalam negeri, salah satu caranya adalah dengan mengeluarkan kebijakan bea masuk. Hal ini petlu dilakukan agar tidak terjadi distorsi harga di tingkat petani," katanya, Selasa (27/8/2013).  

Berdasarkan data yang dimilikinya, persentase konsumsi daging sapi di desa untuk golongan berpendapatan rendah, menengah dan tinggi masing-masing 0,93%, 2,47% dan 7,13%.

Sementara itu, konsumsi di kota dengan pendapatan kecil, menengah dan tinggi masing-masing 2,81%, ,81% dan 22,4%. Secara total, konsumsi daging sapi dan kerbau hanya sekitar 19% dari total konsumsi.  

Dengan informasi yang Ia miliki ini, Teguh berpendapat pemerintah tidak perlu panik terkait kenaikan harga daging sapi sejauh harga tersebut menyentuh para peternak.    

Sementara itu, Menteri Pertanian Suswono mengatakan fokus pemerintah adalah melindungi peternak dan juga konsumen. Tingginya harga daging sapi yang terjadi saat ini, menurutnya sangat memberatkan konsumen. Itulah sebabnya pemerintah mengeluarkan kebijakan impor guna menurunkan harga ini.

Selain itu, Berdasarkan perkiraan kasar, Suswono mengatakan idealnya harga di tangan konsumen adalah 2,5 kali harga produksi di peternak. "Patokan kasar perbadingan harga konsumen terhadap harga hidup di petani adalah 2,5 kali dari bobot hidup," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper