Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wawancara Khusus Chatib Basri: Kalau R& D dari Pemerintah, Itu Proposal Driven

Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang RAPBN 2014 di hadapan para anggota DPR dan DPD, tim redaksi Bisnis Indonesia mewawancarai Menteri Keuangan Chatib Basri pada Kamis (15/8/2013). Pak Dede, begitu

Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang RAPBN 2014 di hadapan para anggota DPR dan DPD, tim redaksi Bisnis Indonesia mewawancarai Menteri Keuangan Chatib Basri pada Kamis (15/8/2013). Pak Dede, begitu panggilan akrab Menkeu, menjawab seluruh pertanyaan dengan lugas. Berikut petikannya yang dibuat secara berseri:

R&D kenapa tidak dari pemerintah saja?

Kalau insentif R&D bergantung ke pemerintah, jadinya kayak BLK [Balai Latihan Kerja]. Insentif yang lagi disiapkan double deduction.

Bukan apa-apa. Coba Anda lihat di museum negara maju, bagus karena yang nanganin bukan government, tetapi yayasan yang dapat insentif pajak. Di New York, misalnya.

Itu hanya sebagai contoh. Kalau Anda kasih ke pemerintah, dipungut 500 perak Anda tidak bisa biayai museum. Government di kasih itu dengan anggaran.

Di AS R&D berkembang karena perusahaan besar bekerja sama dengan universitas. Lihat Microsoft dengan Harvard, Berkeley, dan MIT. Kita juga harus lihat ke sana, private sector lebih lincah. Dia tahu apa yang dibutuhkan.

Kalau [riset oleh]  pemerintah, itu biasanya proposal driven, dia kan mengejar DIPA, atau hibah. Saya tahu karena kan saya dari universitas. Belum tentu ada kebutuhan [riset] di sana. Ada grant nih, cuma pikirkan bagaimana caranya bisa cair. Saya bukan menentang, tetapi kalau dilihat pemerintah memang bisa bikin tetapi private sector lebih tahu apa yang dibutuhkan.

Misalnya dikasih insentif, kuantitasnya perusahaan itu kalau mau inovasi harus 12 bulan.

Anda bayangin  perushaan baru tidak bakal R&D, tetapi perusahaan yang sudah lama. Tidak eligibel dan insentifnya tidak bisa jalan. Jadi, yang butuh tidak dapat [insentif], justru yang tidak malah butuh dikasih [insentif].

Terkait dengan R&D, Anda jangan bayangin kita bikin satelit di bulan. Bisa mulai dari hal yang simpel.

Kita kalau bikin bisnis garmen murah tidak bisa bersaing dengan Bangladesh karena upah di sana sepertiga dibandingkan di sini. Pin, kaos, buat buat kampanye saja diimpor dari China

Akan tetapi dengan berkembang kelas menengah, orang di Indonesia mau beli batik relatif mahal sekarang. Saya tidak kaget kalau orang bersedia membeli batik jutaan rupiah sekarang.  Artinya Indonesia harus cari niche market, dengan desain fashion yang lebih baik

Tidak banyak yang sadar Victoria Secret, pakaian dalam paling bagus, itu produksinya di sini.

 

Cuplikan Wawancara Sebelumnya:

MOMENTUM EMAS YANG HILANG

SAYA SELALU MENGORBANKAN PAK GITA WIRJAWAN

SAYA INGIN MEMBUAT SUCCESS STORY

NGGAK BENAR DONG, INVESTOR MASUK KARENA INSENTIF PAJAK

UKM Itu Tidak Ngerti Cara Bikin Buku

Share Asing Masih Berpengaruh Sekali

Ada presure bunga tapi Tak Terlalu Signifikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatkhul-nonaktif
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Hasil Wawanara Sri Mas Sari, Ahmad Puja Rahman Altiar, Achmad Aris, Yeni H. Simanjuntak, Setyardi Widodo, Lahyanto Nadie, Arif Budisusilo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper