Bisnis.com,JAKARTA -- Pemerintah mengkhawatirkan defisit perdagangan sektor minyak dan gas pada paruh pertama tahun ini akan berlanjut dan memengaruhi neraca perdagangan 2014.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menuturkan meskipun perdagangan sektor non migas masih mencatatkan surplus, akan tetapi sektor migas tetap mencatatkan defisit tinggi.
Pada semester I/2013, defisit perdagangan migas mencapai US$5,8 miliar. Secara keseluruhan, Gita memroyeksi defisit neraca perdagangan pada tahun ini dapat menembus angka US$5 miliar - US$6 miliar dolar defisit.
"Kalau kita lihat sekarang, sektor nonmigas masih surplus. Tapi kalau migasnya ini terus berkelanjutan [defisit] seperti di semester I/2013, ini sangat dapat memengaruhi neraca [perdagangan] 2014," ujar Gita di Komplek Istana Kepresidenan, Sabtu (17/8/2013).
Gita mengaku menaruh harap pada kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (bbm) beberapa waktu lalu. Dia berharap dengan kebijakan tersebut, defisit neraca perdagangan dapat dikurangi.
Di sisi lain, ia juga berharap pada stabilitas harga komoditas serta rencana untuk meningkatan ekspor produk-produk bernilai tambah.
"Itu akan membantu me-rebalance neraca perdagangan. Dan kalau kita genjot ekspor ke non migasnya dengan produk-produk bernilai tambah, ini dapat memberikan sinyal positif bagi pasar," ujarnya.
Dia menyebutkan sebetulnya pemerintah sudah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk mengurangi impor barang jadi. Sebaliknya, mendorong impor barang modal dan memrosesnya hingga bernilai tambah.
"Banyak pabrik di Indonesia yang terus akan dibangun. Misalnya pabrik baja yang akan selesai akhir tahun ini. Kalau selesai ini membuahkan produk-produk yang bernilai tambah dan bisa diekspor ke luar."