Bisnis.com, JAKARTA—Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan bagi perusahaan
yang tidak membangun pabrik pemurnian dan pemurnian bijih atau smelter tahun depan agar menutup usahanya.
“Lebih baik usahanya ditutup daripada mereka tidak mau melakukan hilirisasi di sini,” ujarnya, seperti dilaporkan harian Bisnis Indonesia, Kamis (1/8/2013).
Selama ini, raw material atau material mentah yang belum diolah masih diekspor oleh pengusaha.
Sebelumnya Hatta menyampaikan bahwa akan ada perlakuan khusus (treatment) jika ada perusahaan yang berniat membangun smelter tetapi belum selesai tahun depan.
Untuk itu, pasokan raw material tersebut harus mengalir ke dalam smelter yang sudah jadi di dalam negeri atau ditahan. Dia menambahkan, jika ekspor berhenti sekalipun, negara tak akan mengalami kerugian.
Mengenai penghentian ekspor tahun depan, tuturnya, lebih cepat penghentian ekspor akan lebih baik.
Terkait dengan permasalahan tambang mineral dan batu bara, dia menegaskan pula mengenai lima strategi yang saat ini masih dikaji agar hasil tambang tetap kembali kepada negara.
“Pertama adalah hilirisasi. Lalu kedua mengenai pelepasan lahan,” imbuhnya. Strategi yang lain adalah kewajiban initial public offering atau melantai di bursa saham. Kemudian pemerintah berencana meningkatkan royalti. Strategi kelima adalah divestasi saham perusahaan hingga 51%.
Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Thamrin Sihite mengatakan untuk beberapa poin seperti luas wilayah dan divestasi, pemerintah telah memiliki posisi. “Kami sudah punya posisi untuk luas wilayah dan divestasi,” ujarnya.