Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonom memperkirakan inflasi pada Juli bergerak di atas 2,5% secara bulanan (month to month) dan 8% secara tahunan (year on year) karena akumulasi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, tahun ajaran baru dan bulan puasa.
Kepala ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk Agustinus Prasetyantoko memperkirakan laju inflasi bulanan pada Juli 2,8% sehingga inflasi tahunan pada bulan itu mencapai 8,5%.
Menurutnya, kenaikan harga pangan menjadi faktor pemicu utama inflasi karena stok dan distribusi tidak memadai ketika permintaan melonjak saat Ramadhan dan menjelang Lebaran.
“Inflasi tinggi akan menjadi sentimen negatif di tengah bayang-bayang penurunan pertumbuhan ekonomi dan potensi defisit neraca pembayaran Indonesia,” katanya, Selasa (30/7).
Kepala Ekonom Bank Danamon Indonesia Tbk Anton H. Gunawan memprediksi inflasi bulanan mencapai 2,8% sehingga membentuk inflasi tahunan 8,15% pada Juli.
“Efek langsung kenaikan BBM bersubsidi masih terasa bulan ini. Tarif transportasi dalam dan antarkota melonjak signifikan,” tuturnya.
Tekanan terhadap inflasi pun semakin nyata dengan adanya dampak putaran kedua kenaikan harga BBM yang ditunjukkan oleh kenaikan harga pangan dan tarif angkutan.
Dampak diperburuk oleh ‘efek bulan puasa’ yang mendorong harga bahan makanan, seperti ayam, telur, beras, cabai, bawang merah, naik lebih tinggi. Sementara itu, upaya pemerintah meningkatkan pasokan tidak cukup menahan inflasi karena distribusi barang terganggu jalan rusak.
Berbeda dengan ekonom sebelumnya, ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih memperkirakan inflasi Juli hanya 2,51% dan inflasi tahunan 7,79%.
Prediksi yang lebih rendah itu mempertimbangkan upaya pemerintah menambah impor sedikit menekan harga pangan, misalnya daging sapi. Selain itu, meskipun naik, perubahan harga beras dan emas perhiasan tidak terlalu signifikan.
Kendati demikian, inflasi tahun ini memang lebih tinggi dibanding Juli tahun sebelumnya yang hanya 0,7%. Inflasi pada Juli ini merupakan akumulasi kenaikan harga BBM, tarif transportasi dan bahan pangan pada bulan puasa.
“Di luar kondisi normal, ada pelemahan rupiah yang cukup signifikan. Itu juga menambah beban inflasi. Imported inflation-nya meningkat karena ada beberapa bahan makanan yang diimpor, termasuk daging sapi,” jelasnya.