Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Ditarget Tumbuh 6,3%, Belanja Modal Harus Jadi Prioritas

Bisnis.com, JAKARTA - Seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi di level 6,3%, pemerintah diharapkan tidak menaikkan suku bunga acuan lebih dari 6,5% hingga akhir tahun ini, namun lebih memprioritaskan optimalisasi penyerapan anggaran belanja modal.

Bisnis.com, JAKARTA - Seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi di level 6,3%, pemerintah diharapkan tidak menaikkan suku bunga acuan lebih dari 6,5% hingga akhir tahun ini, namun lebih memprioritaskan optimalisasi penyerapan anggaran belanja modal.

Lana Sulistyaningsih, Ekonom PT Samuel Asset Management, mengatakan nilai suku bunga acuan (BI rate) di level 6,5% sudah cukup hingga akhir tahun ini. Kendati demikian, keputusan kenaikan BI rate tergantung dari pergerakan nilai tukar rupiah.

“Jika misalnya nilai rupiah tembus ke angka Rp11.000 per US$ maka ada peluang BI rate untuk dinaikkan kembali. Tingginya nilai tukar rupiah akan menyebabkan terjadinya penurunan investasi dalam negeri,” ujarnya saat dihubungi, Senin (29/7/2013).

Dia menilai pertumbuhan ekonomi dalam negeri sudah memasuki tren perlambatan, meski faktor BI rate tidak dimasukkan. Hal tersebut didorong dari kinerja ekspor yang belum terlihat perbaikan, penurunan daya beli masyarakat, dan belum meredanya tekanan rupiah.

Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah diharapkan mampu mengoptimalkan penyerapan anggaran belanja negara, terutama belanja modal guna menjaga pertumbuhan ekonomi di level 6,3%. Menurutnya, penyerapan anggaran belanja modal pemerintah masih rendah.

“Melemahnya ekspor dalam negeri, daya beli masyarakat hingga perlambatan investasi membuat pemerintah harus mencari alternatif lainnya untuk menjaga pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) secara berkelanjutan,” tuturnya.

Jika melihat performa kinerja penyerapan anggaran belanja negara hingga semester pertama yakni sekitar 35%, dia memproyeksikan penyerapan belanja modal hanya sekitar 60%-75% hingga akhir tahun ini, lebih rendah dibandingkan tahun lalu sekitar 85%.

Selain itu, rendahnya penyerapan anggaran belanja negara, disinyalir karena molornya penetapan anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P) 2013 pada Juni yang lalu. Alhasil, waktu untuk penyerapan anggaran belanja tersebut semakin sedikit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper