Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mempergunakan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,4% untuk menyusun postur RAPBN 2014.
Angka tersebut adalah batas terbawah dari target pertumbuhan 6,4--6,9% yang ditetapkan dalam asumsi makroekonomi Rencana Kerja Pemerintah 2014.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan perkembangan situasi ekonomi global mengharuskan pemerintah berhati-hati dalam menyusun anggaran tahun depan.
"Kita membuat APBN ini [RAPBN 2014], di basis asumsi [pertumbuhan ekonomi] 6,4% karena melihat situasi, mesti realistis," katanya, Senin (29/7/2013).
Selain pertumbuhan ekonomi, Menkeu mengungkapkan pemerintah juga mempergunakan batas bawah dalam menetapkan asumsi nilai tukar dan lifting migas.
Asumsi lifting migas pada 2014 ditetapkan 870.000 barel minyak per hari sesuai volume yang diajukan SKK Migas. Adapun nilai tukar rata-rata ditetapkan pada Rp9.750 per dolar AS.
Chatib menjelaskan penetapan nilai tukar didasari oleh faktor ekonomi global dan defisit transaksi neraca berjalan. Faktor ekonomi global diprediksi masih tetap menekan nilai tukar rupiah pada 2014, namun dalam kekuatan yang lebih rendah dibandingkan pertengahan 2013.
Menkeu memperkirakan defisit transaksi berjalan Indonesia mulai menyempit pada kuartal III/2013 saat PT Pertamina (Persero) mulai mengurangi volume impor BBM.
Dia mengatakan pembelian BBM Pertamina tidak bisa langsung berkurang saat pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada 22 Juni 2013. "Tidak bisa tiba-tiba turun, kan Pertamina kontrak. Baru mungkin di sekitar Agustus [pembelian dikurangi," kata Chatib.
Namun, tambah Menku, pemerintah menetapkan penerimaan dan belanja negara yang lebih tinggi dalam APBN tahun depan. Defisit ditetapkan 1,49% dari produk domestik bruto 2013, sedangkan rasio utang terhadap PDB diturunkan 22,3% terhadap PDB.