Bisnis.com, MEDAN - Menjelang akuisisi saham PT Indonesia Asahan Aluminum (Inalum) yang direncanakan pada 1 November 2013, pendapatan perseroan justru melorot hingga 20%. Penurunan pendapatan tersebut terjadi akibat penurunan harga aluminium yang terjadi dalam dua tahun terakhir.
Nasril Kamaruddin, Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia PT Inalum, mengatakan kinera perseroan hingga akhir Juni 2013 masih sesuai dengan target yang ditetapkan. Terhitung sejak April-Juni 2013 Inalum telah memproduksi sebanyak 64.136 ton aluminium batangan (ingot).
Produksi selama kuartal I/2013 tersebut masih sesuai dengan target yang ditetapkan sepanjang tahun ini Inalum dapat memproduksi 250.000 ton ingot. Hal itu dikarenakan level air Danau Toba pada posisi stabil mencapai 904,740 meter di atas permukaan laut dan didukung oleh kerja keras 1.932 karyawan.
"Hanya saja dalam penjualan terpengaruh dengan kondisi Eropa yang mengakibatkan penurunan harga. Harga aluminium turun hingga 20% dan pasti berakibat pada penurunan pendapatan Inalum sebesar 20% juga," ujarnya kepada Bisnis hari ini, Senin (29/7/2013).
Pada 2012, Inalum mencatatkan laba bersih sebelum audit sebesar US$61 juta. Pada tahun sebelumnya, Inalum juga telah membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar US$57 juta.
Laporan keuangan tersebut didapatkan sejak 2011 Inalum tidak lagi harus membayar utang jangka panjang dari pinjaman modal operasional selama ini. Sejak 2004-2012 total laba bersih Inalum tercatat sebesar US$878 juta atau rata-rata US$97,5 juta per tahun.
Saat ini, pemerintah Indonesia memiliki 41,13% saham Inalum, sisanya 58,87% dimiliki oleh konsorsium NAA. Konsorsium ini beranggotakan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) sebagai wakil pemerintah Jepang dan 12 perusahaan swasta Jepang.
Kontrak kerja sama pengelolaan Inalum oleh Jepang akan berakhir pada Oktober tahun ini. Saat ini pemerintah sudah menyiapkan dana untuk mengambil alih sebesar Rp7 triliun yang berasal dari APBNP 2012 sebesar Rp2 triliun dan APBNP 2013 sebesar Rp5 triliun.
Dia menambahkan, akibat dari krisis ekonomi global yang terjadi dua tahun terakhir, semua harga komoditas metal mengalami penurunan termasuk harga aluminium. Dari total produksi kuartal I/2013, Inalum mengekspor 60% aluminium untuk pasar Jepang dan 40% untuk penjualan domestik sesuai dengan komposisi saham.
Akibat penurunan harga tersebut, perseroan berupaya melakukan efisiensi agar pendapatan tidak tergerus lebih dalam. Tentunya, semua efisiensi yang mungkin dapat dilakukan akan ditekan agar margin keuntungan tetap terjaga.