Bisnis.com, JAKARTA - Para menteri keuangan global terus berupaya memperkuat pemulihan ekonomi dengan janji tidak akan menebar ancaman kepada pasar setelah China menghapus aturan pinjaman yang mempersulit kondisi sektor perbankan negara tersebut.
Kelompok negara G-20 itu akan membuat kebijakan yang “hati-hati, terukur dan komunikatif” sehingga langkah memperketat stimulus moneter yang dikeluarkan Amerika Serikat dan Jepang tidak memicu kerusakan lintas negara, menurut para menteri keuangan tersebut setelah melakukan pertemuan dua hari di Moskow sebagaimana dikutip Bloomberg (22/7/2013).
Mereka dilaporkan akan bergerak cepat menuju sistem nilai tukar yang ditentukan oleh pasar setelah terjadi perubahan kebijakan perbankan di China, menurut pernyataan yang dikeluarkan 20 Juli lalu.
“Aksi China merupakan satu langkah yang membantu pasar,” ujar Lena Komileva, chief economist pada G+ Economics di London. Menurutnya, pasar global didominasi oleh efek kupu-kupu. Jika bank sentral AS mengubah kebijakan domestik untuk menghadapi kondisi ekonomi maka hal itu akan berdampak secara global.
Gubernur Bank Sentral AS, Ben S. Bernanke mengatakan bank tersebut tidak akan memperlambat program pembelian obligasi bulanan jika tidak ada jaminan kondisi ekonomi. Para pembuat kebijakan AS juga berupaya meyakinkan investor bahwa bank sentral negara itu akan mempertahankan tingkat bunga acuan setelah mengakhiri pembelian obligasi.