Bisnis.com, JAKARTA--Pelaku indsutri minyak sawit Indonesia meminta pemerintah untuk menambah pelabuhan guna menambah efisiensi biaya ekspor, seiring dengan peningkatan kapasitas produksi dan volume ekspor dalam negeri.
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat M. Sinaga memproyeksikan pada 2020 kapasitas produksi dan volume ekspor industri dalam negeri akan mencapai puncaknya. Adapun realisasi investasi hingga Maret 2013 mencapai US$2,5 miliar.
"Yang menjadi masalah saat ini kurang pelabuhan. Akibatnya ongkos ekspor produk kita lebih mahal US$15-20 per ton dibandingkan dengan Malaysia. Akibatnya, industri boros hingga US$355 juta," ujar Sahat pada Selasa (9/7/2013).
Hingga saat ini, Indonesia hanya memiliki tiga pelabuhan untuk mengekspor minyak kelapa sawit yakni di Dumai dan Belawan. Adapun, pelabuhan yang sedang dalam proses pembangunan berada di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Sahat mengusulkan pemerintah untuk membangun tiga pelabuhan tambahan yang masing-masing berada di pantai barat Sumatra, Pontianak dan Kalimantan Timur.
"Di pantai barat Sumatra itu misalnya di Mandailing Natal. Dari sana kapal tidak perlu navigasi, sudah bisa sampai ke India. Biaya transportasi juga bisa lebih murah US$5-US$8 per ton dibandingkan dengan pengiriman dari pelabuhan Belawan. Atau di perbatasan Sumatra Utara dengan Sumatera Barat juga bisa," pungkasnya.