BISNIS.COM, JAKARTA--PT Total E&P Indonesie menghentikan sementara pengembangan Blok Mahakam hingga ada keputusan Pemerintah mengenai perpanjangan kontrak kerja sama yang habis pada 2017.
Kristanto Hartadi, Kepala Hubungan Media PT Total E&P Indonesie mengatakan perusahaan memerlukan kepastian dalam melakukan investasi di Blok Mahakam. Pasalnya, setiap pengembangan yang dilakukan di blok minyak dan gas bumi (migas) memerlukan investasi jangka panjang.
“Apabila tidak ada kepastian masa depan Blok Mahakam, maka ada proyek-proyek yang tidak dapat kami kerjakan. Untuk sebuah proyek itu kan memerlukan waktu 3-5 tahun, sehingga kalau kami kerjakan saat ini maka akan lewat dari 2017,” katanya di Jakarta, Senin (8/7/2013).
Kristanto mengungkapkan saat ini Total hanya fokus pada pengembangan South Mahakam Phase 3 dan Peciko 7B yang sedang digarap. Targetnya, Peciko 7B akan mulai berproduksi pada semester 1-2014, sedangkan South Mahakam Phase 3 ditargetkan akan selesai pada semester 2-2015.
Menurutnya, Total tidak ingin mengambil risiko dengan melakukan investasi yang masih belum dapat dipastikan kelanjutan kontraknya. Hal itu juga berpotensi menurunkan produksi migas yang berasal di Blok tersebut.
“Tingkat penurunan produksi alamiah di Blok Mahakam itu sekitar 50%, dengan kegiatan yang kami lakukan saat ini mampu menahan penurunan hingga 15%. Ketidakpastian dalam perpanjangan kontrak itu tentu akan mempengaruhi produksi nasional,” jelasnya.
Beberapa proyek yang ditunda untuk dilaksanakan itu merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga tingkat produksi migas. Tiap proyek pengembangan baru tersebut memerlukan investasi besar, karena Total harus membangun anjungan (platform) dan jaringan pipa baru.
Kristanto menjelaskan saat ini Total masih menunggu kepastian mengenai perpanjangan kontrak pengembangan Blok Mahakam yang habis pada 2017. Bahkan, perusahaan sudah sangat terbuka untuk bekerja sama dengan pihak pemerintah daerah yang ingin memiliki participating interest (PI) di blok migas itu.
Untuk realisasi pada semester 1-2013 sendiri, lanjut Kristanto, Total telah berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan oleh SKK Migas. Pencapaian itu dikarenakan telah teratasinya permasalahan pasi dan air dengan teknik capillary stream yang dilakukan perusahaan.
Dari data SKK Migas diketahui produksi minyak bumi dan kondesat Total E&P Indonesia mencapai 69.490 barel per hari dan produksi gas mencapai 1.703 juta kaki kubik per hari (million metric standard cubic feet per day/MMscfd).
Sementara itu Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana mengatakan Pemerintah masih mengkaji mengenai permintaan perpanjangan kontrak pengembangan Blok Mahakam. Saat ini Pemerintah masih terus mengkaji berbagai masukan yang telah disampaikan kepada Pemerintah.
“Banyak aspirasi yang harus di dengar. Tidak hanya dari segi bisnis, tetapi juga pandangan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Makanya hingga saat ini Pemerintah masih terus berpikir dengan cermat,” jelasnya.
Pradnyana pun membantah anggapan yang menyebut negara dirugikan jika Pemerintah terlambat memutuskan perpanjangan kontrak itu. Alasannya, cadangan migas yang ada di blok tersebut masih dapat diproduksi di waktu mendatang, meskipun Total enggan untuk melakukan pengembangan saat ini.
“Saya kira yang terjadi hanya peluang ekonominya saja yang terlambat, karena cadangan gas itu tidak lari kemana-mana. Kalau tidak dapat diproduksi saat ini kan dapat diproduksi saat Pemerintahan selanjutnya,” tuturnya.