BISNIS.COM, JAKARTA—Peningkatan impor biji kakao pada Mei 2013 sebanyak 2.127 ton dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebagian dipengaruhi oleh peningkatan kebutuhan konsumen akan bubuk kakao bermutu tinggi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor kakao per Mei 2013 tercatat sebanyak 4.336 ton senilai US$10,5 juta. Adapun, impor pada April 2013 hanya 2.209 ton dengan nilai US$5,279 juta.
Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Piter Jasman mengatakan peningkatan permintaan tersebut turut mendesak industri makanan dan minuman untuk memproduksi kakao berkualitas dengan aroma kakao yang kuat.
“Sebagian besar industri mendatangkan biji kakao dalam bentuk full fermentasi dari luar negeri karena kualitasnya bagus,” kata Piter kepada Bisnis, Selasa (2/7/2013).
Menjelang Lebaran, mayoritas perusahaan makanan dan minuman meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 40%. Dia memprediksi tren peningkatan impor kakao ini masih akan berlanjut untuk Juni dan Juli antara 10%-20%.
Piter menjelaskan persentase campuran antara biji kakao lokal dengan impor yang digunakan bervariasi antara 5%-70%. Komposisinya bergantung pada jenis bubuk kakao yang hendak dihasilkan untuk mencapai aroma, warna atau kelembaban tertentu.
Dia melanjutkan industri makanan dan minuman pada umumnya memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga menjadikan formulasi campuran biji kakaonya beragam. Biji kakao yang didatangkan berasal dari negara Afrika seperti Ghana, Pantai Gading, dan Kamerun.
Pada Mei 2013 importasi kakao asal Pantai Gading lebih besar dibandingkan dengan Ghana yang sepanjang awal tahun ini mendominasi. Menurutnya ini disebabkan volume pasokan dari masing-masing negara dan fluktuasi harga pada bulan tersebut.
Data BPS menunjukkan Ghana mengekspor kakao ke Indonesia sebanyak 1.100 ton dengan nilai US$2,794 juta. Adapun, Pantai Gading mengirimkan kakao senilai US$5,149 juta seberat 2.103 ton.
“Pada prinsipnya biji kakao Ghana dan Pantai Gading memiliki kualitas dan ciri khas yang hampir sama yaitu beraroma milky atau ke-susu-an,” ucapnya.
Hingga akhir tahun diperkirakan impor biji kakao tidak melebihi 30.000 metrik ton.