BISNIS.COM, JAKARTA—Penggunaan sistem teknologi informasi pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) berhasil meningkatkan pendapatan hingga 30%, dengan kapasitas angkutan yang sama.
Direktur Utama KAI Ignasius Jonan mengatakan peningkatan 30% pendapatan itu setara dengan Rp1 triliun per tahun dan berasal dari pencegahan kebocoran pendapatan.
"Jadi bisa dibilang kebocoran saat sistem TI [teknologi informasi] belum diterapkan di KAI mencapai Rp1 triliun per tahun," katanya saat menjadi salah satu pembicara dalam acara Business Executive Gathering Kementerian BUMN 2013 dengan tema Teknologi Informasi Menyukseskan Transformasi Bisnis BUMN hari ini, Senin (1/7/2013).
Dalam kesempatan itu, dia menyebutkan penerapan sistem TI di KAI banyak mendapatkan perlawanan dari internal perusahaan itu. "Sebenarnya perlawanan di internal itu tidak banyak, tapi banyak sekali," katanya setengah bercanda.
Jonan menambahkan penolakan dari kalangan internal dikarenakan ada pihak-pihak yang kehilangan kesempatan dengan penerapan sitem tersebut. "Untuk itu, kami juga memperbaiki kompensasi untuk karyawan."
Dia juga menyebutkan penertiban ratusan kios di berbagai stasiun pastinya juga sulit dilakuka karena ada oknum KAI yang diuntungkan hingga Rp3 miliar setahun yang berasal dari setoran para pemilik kios. "Gaji saya saja tidak sampai segitu," katanya.
Saat ini, KAI melayanin total 1.600 perjalan setiap hari. Sebanya 800 perjalanan diantaranya merupakan perjalanan di wilayah Jabodetabek, yang mengangkut 500.000 penumpang setiap hari.
KAI menargetkan bisa mengangkut total 1,2 juta penumpang per hari pada 2018.
Mengenai penerapan teknologi informasi di KAI, Jonan menyebutkan tantangan terbesar adalah mengubah budaya internal dan juga pelanggan. "Ini sangat makan waktu. Bukan karena mereka tidak bersedia, tetapi karena memang butuh upaya besar untuk mengubah kultur."