BISNIS.COM, JAKARTA--Menghadapi rencana penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) industri elektronika tidak bergeming.
Pasalnya, pelaku industri optimistis penaikan tersebut tak akan memengaruhi penjualan sepanjang tahun ini.
Ketua Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Ali Oetoro mengatakan dampak paling signifikan penaikan harga BBM adalah terhadap konsumsi listrik, tarif dasar listrik (TDL), dan upah tenaga kerja.
Namun, penyesuaian TDL dan upah tenaga kerja sudah disesuaikan pada awal tahun ini.
"Jadi hanya akan berpengaruh ke biaya logistik dalam negeri. Itu pasti. Namun, tidak akan sampai 5%," ujar Ali kepada Bisnis, Kamis (20/6).
Namun, Ali memaparkan, kenaikan biaya logistik yang akan memengaruhi ongkos produksi ini akan terasa karena bisnis elektronik di Indonesia yang semakin kompetitif pada tahun ini. Dia menyebutkan, margin keuntungan akibat kenaikan ongkos produksi tersebut yang harus diwaspadai produsen.
Adapun kenaikan biaya logistik terhadap produk elektronik tergantung dimensi produk. Ali mencontohkan kulkas dan mesin cuci yang berdimensi besar meski harga tidak terlalu tinggi akan terkena dampak paling signifikan.
Meski demikian, jika dilihat dari sisi daya beli masyarakat, Ali optimistis, pertumbuhan penjualan elektronik sepanjang tahun ini mampu mencapai target 15%. Pasalnya, penaikan harga BBM hanya akan berpengaruh terhadap masyarakat menengah ke bawah, sementara masyarakat menengah ke atas masih membutuhkan produk elektronik.
"Justru yang paling memengaruhi itu melemahnya nilai Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Kalau dari Rp9.500 ke Rp10.000 saja. Ongkos produksi bisa meningkat 5% karena komponen dan material produksi dihargai dengan dolar," ujar Ali.