BISNIS.COM, JAKARTA --PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menderita kerugian hingga US$2,8 juta per hari akibat bocornya pipa transmisi offshore Sumatra Selatan-Jawa Barat (South Sumatra-West Java/SSWJ) jalur Labuhan Marringgai-Muara Bekasi milik PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Kepala Divisi Gas dan Bahan Bakar Minyak (BBM) PLN Suryadi Mardjoeki mengatakan bocornya pipa transmisi SSWJ mengakibatkan PLN kembali menggunakan BBM untuk pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Muara Tawar. Pasalnya, selama ini pasokan gas untuk pembangkit listrik itu berasal dari pipa SSWJ.
“Paling tidak kami akan mengalami kerugian US$2,8 juta per hari, karena harus menggunakan BBM untuk PLTGU Muara Tawar. PLN harus menggunakan 4.620 kiloliter BBM untuk menggantikan 165 BBTUD gas di PLTGU Muara Tawar,” ujarnya, Kamis (23/5).
Suryadi mengungkapkan sebenarnya gas yang melalui pipa SSWJ hanya 135 BBTUD yang terdiri dari 100 BBTUD dari PGN dan 35 BBTUD dari Jambi Merang. Sementara 30 BBTUD sisanya berasal dari Pertamina EP Bekasi.
Akan tetapi, 30 BBTUD gas dari Pertamina EP Bekasi itu juga tidak dapat digunakan tanpa adanya gas dari PGN dan Jambi Merang. Alasannya, gas dari Pertamina EP itu berjenis gas basah dan harus dicampur dengan gas dari PGN dan Jambi Merang untuk dapat digunakan di PLTGU Muara Tawar.
Menurutnya, kejadian bocornya pipa transmisi SSWJ itu juga akan berpengaruh pada target penggunaan BBM tahun ini. “Tahun ini kan kami mendapatkan jatah penggunaan BBM 6,2 juta kiloliter. Akan tetapi, jatah tersebut dengan asumsi penggunaan gas di PLTGU Muara Tawar tidak terganggu sedikit pun,” jelasnya.
Ke depannya, lanjut Suryadi, PLN akan melakukan perbaikan kontrak penyaluran gas dengan memasukkan klausul sanksi jika terjadi gagal pasok gas. Untuk itu, PLN akan meminta PGN mengajukan pernyataan tertulis mengenai kejadian tersebut, sehingga dapat dilaporkan kepada Pemerintah.
Sementara itu, Ridha Ababil, Vice President Corporate Communications PGN mengatakan perseroan telah kehilangan gas sebanyak 1,6 juta kaki kubik akibat kebocoran tersebut. Gas yang dialirkan melalui SSWJ sendiri sebanyak 500 juta kaki kubik per hari untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik milik PLN dan kebutuhan industri.
Ridha mengungkapkan kebocoran pipa itu tidak sampai mengganggu pasokan gas ke PLN dan industri. Perseroan, hanya mengurangi tekanan aliran gas agar kebocoran tidak menyebar ke titik lainnya.
Untuk memperbaikinya pipa itu, PGN akan menggunakan teknik repair clamps yang diperkirakan akan membutuhkan waktu selama 9 hari. dengan begitu, diperkirakan perseroan juga akan kehilangan gas sebanyak 5 juta kaki kubik selama perbaikan dilakukan.
Seperti diketahui, pipa transmisi offshore SSWJ jalur Labuhan Maringgai--Muara Bekasi mengalami kebocoran di Kilometer Point (KP) 138-139 yang terletak di sekitar wilayah Pulau Damar.
Kebocoran itu diketahui setelah munculnya gelembung udara di pipa pada 21 Mei 2013 lalu. Setelah melakukan inspeksi dan pemeriksaan awal, diketahui titik kebocoran berada pada kedalaman 23 meter di bawah permukaan laut.
Perseroan saat ini masih melakukan mitigasi risiko terkait teknis dan komersial untuk melihat dampak kebocoran itu kepada pelanggan gas. Dengan perlengkapan dan jasa teknis yang ada saat ini, badan usaha milik negara (BUMN) itu memprediksikan pipa transmisi itu akan kembali beroperasi normal dalam beberapa hari ke depan.
Saat ini, PGN telah mengambil langkah-langkah pengamanan untuk menghindari dampak yang membahayakan bagi keselamatan transportasi laut dan aktivitas nelayan. Selain itu, badan usaha milik negara (BUMN) itu juga akan segera menunjuk pihak ketiga untuk melakukan evaluasi, memberikan rekomendasi dan melakukan perbaikan pipa itu.