BISNIS.COM, JAKARTA--Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap pada pembangkit listrik berbasis mikrohidro untuk meningkatkan elektrifikasi di wilayah Papua bagian tengah.
Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman mengatakan saat ini pihaknya bertumpu pada penyeselasian pembangkit listrik berbasis mikrohidro di Papua bagian tengah. Alasannya, wilayah tersebut memiliki sungai dan potensi air untuk pembangkit listrik yang cukup banyak.
"Kami akan kejar terus elektrifikasi agar menapai 60% dalam 2 tahun. Saat ini elektrifikasi di sana [Papua] kan masih 40%, sementara target elektrifikasi nasional itu mencapai 76,5%," katanya di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (21/6/2013).
Jarman mengungkapkan saat ini saja Pemerintah sedang menunggu penyelesaian pembangkit listrik mikrohidro dengan kapaitas 5X10 megawatt (MW) di Lembah Baliem. Proyek tersebut sudah memasuki tahap konstruksi sejak tahun lalu dan ditargetkan mulai beroperasi pada 2017.
Proyek tersebut, lanjut Jarman, dibiayai dengan dana dari anggaran PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan anggaran pendatapan dan belanja negara (APBN) dengan mekanisme tahun jamak. Alasannya, untuk pembangunan pembangkit listrik itu, pengembang harus mendatangkan bahan bangunan dari luar wilayah itu, sehingga harganya menjadi lebih mahal.
Nantinya, wilayah Papua bagian tengah diharapkan akan seperti wilayah Wamena yang sebagian besar listriknya diproduksi oleh pembangkit listrik mikrohidro. "Kalau Papua sudah memiliki kelebihan pasokan listrik kan nanti bisa diekspor ke Papua Nugini. Saat ini saja kan mereka [Papua Nugini] masih rendah elektrifikasinya," jelasnya.
Sesuai rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2010-2019, pengembangan pembangkit bertenaga air direncanakan menapai 5.140 MW untuk 73 proyek. Potensi tenaga air di Indonesia tercatat mencapai 75.670 MW dengan 22.371 MW di antaranya berlokasi di Papua dan 16.844 MW lainnya di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. (MFM)