BISNIS.COM, JAKARTA – PT Freeport Indonesia berada dalam pengawasan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) menyusul peristiwa runtuhnya terowongan yang telah menyebabkan sekitar 40 pekerja terjebak di areal pertambangan milik perusahaan itu di Mimika, Papua, pekan lalu.
Menurut Menakertrans Muhaimin Iskandar, selama ini Freeport termasuk perusahaan yang menyelenggarakan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan baik.
Akan tetapi, lanjutnya, peristiwa kecelakaan yang menyebabkan 40 pekerja terjebak dan telah menewaskan 11 orang di antaranya tersebut sungguh diluar dugaan.
"Kok bisa proses pelatihan - ini bukan proses kerja ya, proses pelatihan refreshing capacity K3 ini terjadi di situ. Ini sampai hari ini investigasi masih Apa penyebabnya karena dalam kacamata kita Freeport paling disiplin dalam K3. Ini tentu akan diinvesitigasi," ujar Muhaimin di Komplek Istana Presiden hari ini, Senin (20/5/2013).
Dia menambahkan Kemenakertrans juga meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk lebih proaktif lagi dalam pengawasan PT Freeport. Pasalnya, ujarnya, kementerian yang dipimpin Jero Wacik itu yang memiliki kapasitas untuk mengaudit pelaksanaan kegiatan pertambangan.
"Sejauh ini belum ada temuan awal. Kami tunggu tim dari ESDM," ujarnya.
Muhaimin mengakui bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta penjelasan terkait peristiwa kecelakaan areal pertambangan di Papua.
"Kami hari ini melaporkan perkembangan yang paling akhir setelah terus menerus memonitor per jam. Saya dua kali batal ke sana. Hari Jumat batal karena suasana dan iklimnya. Kemudian pada Hari Minggu tidak jadi karena memang semua energy Freeport fokus disitu sehingga tidak boleh diganggu," ujarnya.
Muhaimin menjelaskan seluruh pekerja yang menjaadi korban dalam kecelakaan Freeport tersebut sudah dilindungi oleh Jamsostek sesuai hak normative yang ada.
"Freeport bertanggung jawab total karena kami mita agar Freeport bertanggung jawab," ujarnya.
Muhaimin mengakui faktor kedalaman tempat kejadian yang mencapai puluhan meter di bawah permukaan tanah menjadi salah satu kendala dalam proses evakuasi.
Hingga hari ini, ujarnya, tim penyelamat masih mengupayakan keselamatan para pekerja yang masih terjebak reruntuhan di areal pertambangan.
"Pokoknya tim bekerja 24 jam tidak ada henti. Suntikan oksigen terus diberikan supaya tidak kehabisan oksigen," katanya.