BISNIS.COM, BALIKPAPAN--PT Astra Agro Lestari Tbk menjajaki peluang untuk membangun pabrik crude palm oil (CPO) di Kalimantan Timur guna meningkatkan kapasitas produksi yang saat ini baru mencapai 190 ton per jam.
Direktur Area Borneo 3 PT Astra Agro Lestari Tbk Budi Utarto mengatakan saat ini pihaknya sedang mengkaji dan memetakan produksi tandan buah segar (TBS) milik perusahaan, juga perkebunan plasma masyarakat.
Dia menyebutkan pemetaan perkebunan plasma juga diperlukan sebagai salah satu penambah bahan baku yang akan diproduksi menjadi CPO.
“Kami menggandeng masyarakat setempat dan mempelajari bagaimana pola penjualan produksi TBS. Kami juga harus memastikan agar masyarakat memilih untuk menjual TBS nya kepada kami,” ujarnya disela-sela Workshop Media Relations Area Borneo 3, Selasa (7/5/2013).
Rencananya, pabrik yang dibangun tersebut berkapasitas produksi 30 – 45 ton per jam dan berlokasi di wilayah Penajam Paser Utara.
Saat ini, terdapat dua anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk di wilayah Penajam Paser Utara, yakni PT Waru Kaltim Plantations dan PT Sukses Tani Nusasubur.
Kedua anak usaha tersebut memiliki luas areal perkebunan yang telah tertanam sekitar 12.000 hektare.
Dengan kapasitas pabrik saat ini, kata Budi, diperlukan sekitar 1.350 ton TBS per hari untuk mendukung produksi.
Dia merinci ketika dalam kondisi produksi puncak, kebun inti mampu memproduksi 1.200 ton TBS dan sisanya berasal dari kebun plasma milik masyarakat.
Wilayah Borneo 3 PT Astra Agro Lestari Tbk meliputi seluruh wilayah Kalimantan Timur yang didalamnya terdapat enam anak usaha yang tersebar empat di Kutai Timur dan dua di Penajam Paser Utara.
Berdasarkan rencana produksi untuk wilayah Borneo 3 pada 2013 mencapai 905.621 ton tandan buah segar, 213.698 ton CPO dan 43.433 ton kernel.
“Rerata ada kenaikan sampai 40% dibandingkan dengan tahun lalu,” tukasnya.
Tercatat, jumlah produksi di area Borneo 3 pada 2012 mencapai 371.585 ton tandan buah segar, 84.016 ton CPO dan 16.503 ton kernel.
Isu Lingkungan
Mengenai isu permasalahan lingkungan akibat sawit yang sering disuarakan menurutnya, disebabkan pada persaingan dagang internasional.
Budi menyebutkan tanaman sawit sama seperti tanaman lainnya yang memiliki kapasitas maksimum untuk dapat menyerap zat hara dari dalam tanah.
Kepala Departemen Konsevasi PT Astra Agro Lestari Tbk Bandung Sahari menyebutkan dalam kegiatannya di lapangan, pihaknya juga tetap melindungi kekayaan hayati yang ada di sekitar areal penanaman.
Bahkan, spesies hewan yang dianggap mati karena sawit ternyata tidak sepenuhnya benar.
“Ini ada ular phyton yang dalam berbagai konvensi internasional sering dikatakan habis karena pembukaan sawit. Ini bukti kalau ternyata sawit itu tidak seperti yang diceritakan,” ujarnya.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Zulkarnain menyebutkan ada potensi yang cukup besar dalam mengembangkan agro industri.
Selain memiliki daya tahan yang panjang, pembaruan juga bisa dilakukan terhadap tanaman yang direncanakan. (wde)