BISNIS.COM,JAKARTA--Pengusaha tidak perlu mengajukan izin pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) baru jika ingin membuka di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang telah beroperasi.
"Pengusaha cukup mengajukan izin penambahan mesin pengisian bahan bakar gas jika ingin membuka SPBG di SPBU yang telah beroperasi. Dengan demikian, diharapkan banyak investor yang akan membangun infrastruktur bahan bakar gas (BBG) di dalam negeri," ujar Edi Hermantoro, Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Kamis (25/4).
Dia menjelaskan nanti izinnya untuk mobile-nya saja, alat untuk mengisi gasnya, seperti truk-truk yang membawa CNG [compressed natural gas] dan LNG [liquefied natural gas] yang ada di SPBU. Tnggal diparkir di salah satu sudut SPBU.
Edi mengungkapkan jika telah memiliki izin niaga, pengusaha dapat langsung mengambil gas dari jaringan gas terdekat dengan lokasi pengembangan SPBG.
Bahkan, pengusaha dapat langsung memanfaatkan gas dari stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE), jika lokasi pengembangan SPBG-nya masih terjangkau dengan SPBE.
Pemerintah i menargetkan ada 50 SPBG yang dikembangkan oleh pihak swasta, badan usaha milik negara (BUMN) dan pemerintah sepanjang tahun ini untuk menopang program konversi BBM ke BBG. Dari jumlah tersebut, 9 SPBG diantaranya akan dibangun dengan menggunakan dana dari APBN.
“Ada 9 SPBG yang dibangun dengan dana dari APBN tahun ini, 4 SPBG di Kalimantan Timur, 2 SPBG di Kalimantan Selatan, 4 SPBG di Jawa Timur dan 1 SPBG yang dibangun oleh Pertamina itu. jadi totalnya ada 9 SPBG,” jelasnya.
Pembangunan SPBG di luar Jabotabek, lanjut Edi, dilakukan agar kendaraan dinas pemerintah daerah dan badan usaha milik daerah dapat dikonversi menggunakan BBG.
“Selain dekat dengan sumber gas, SPBG di luar Jabodetabek juga akan diutamakan untuk kendaraan milik pemerintah daerah dan kendaraan dinas,” tuturnya.
Pada tahun ini pemerintah menyediakan Rp447 miliar dari APBN untuk membangun 9 SPBG tersebut dan Rp127 miliar untuk membangun jaringan pipa gas.
Selain itu, Kementerian ESDM juga akan membagikan 2.000 alat konversi BBM ke BBG dan mengalokasikan 36,5 MMscfd gas untuk transportasi.
Eri Purnomohadi, Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) mengatakan pemberlakuan dua harga untuk BBM bersubsidi akan membangkitkan kembali penggunaan CNG untuk transportasi. Pasalnya, harga CNG di wilayah Jabodetabek saat ini masih di bawah harga BBM bersubsidi.
“Kalau harga BBM bersubsidi Rp4.500 per liter dan Rp6.500 per liter itu CNG dapat hidup lagi, kan harga CNG di wilayah Jabodetabek saat ini masih Rp3.100,” katanya.
Eri mengungkapkan saat ini anggota Hiswana Migas sudah banyak yang berencana untuk membangun stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG). Sepanjang 2013 ini, Hiswana Migas bahkan menargetkan akan membangun SPBG di 30 titik SPBU yang telah beroperasi.