BISNIS.COM,JAKARTA--Pemerintah belum memberikan kepastian mekanisme pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM), meskipun telah mengakui subsidi yang dikeluarkan terlalu besar dan tidak tepat sasaran.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan pemerintah masih sebatas mengkaji berbagai opsi pengurangan subsidi. Salah satunya, mengkaji dipasarkannya bensin Ron 90 yang merupakan jenis BBM bersubsidi baru.
"Bensin Ron 90 bersubsidi kan masih sebatas wacana, masih butuh kajian pengimplementasiannya. Pertamina memang sudah beberapa kali memaparkan hal itu, tetapi masih perlu diputuskan pemerintah," ujarnya, Rabu (10/4).
Susilo mengungkapkan Kementerian ESDM hingga kini sama sekali belum menyediakan aturan mengenai pemasaran bensin Ron 90 bersubsidi. Akan tetapi menurutnya, subsidi untuk BBM tetap harus dikurangi dengan mekanisme yang tidak terlalu membebani masyarakat miskin.
Saat ini, pemerintah juga mengkaji pembatasan konsumsi BBM untuk kendaraan pribadi jenis tertentu. " Kami juga mengkaji opsi kenaikkan harga BBM secara berkala. Jadi mekanisme pengurangan subsidi itu memang bermacam-macam yang dikaji pemerintah," jelasnya.
Direktur Pemasaran dan Niaga Hanung Budya sebelumnya mengatakan penyediaan BBM bersubsidi jenis baru dapat segera dilakukan jika pemerintah menetapkan aturan yang menyebut Ron 90 sebagai BBM bersubsidi, sekaligus menetapkan harga BBM bersubsidi jenis baru ini.
Bahkan, PT Pertmina (Persero) menyanggupi pengadaan bensin Ron 90 dalam 3 bulan di wilayah Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar.
Bensin Ron 90 itu sendiri diharapkan menjadi produk pengganti premium dengan kualitas yang lebih baik dan subsidi yang lebih rendah. Nantinya, dengan pemasaran bensin Ron 90 itu maka volume premium akan dikurangi agar masyarakat kelompok menengah ke atas mau menggunakan BBM jenis baru itu.
Pemerintah Bingung, Mekanisme Pengurangan Subsidi BBM Belum Pasti
BISNIS.COM,JAKARTA--Pemerintah belum memberikan kepastian mekanisme pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM), meskipun telah mengakui subsidi yang dikeluarkan terlalu besar dan tidak tepat sasaran.Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
2 jam yang lalu
Harga Kopi Makin Pahit Lagi
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
8 menit yang lalu
Seberapa Besar Pengaruh BI Rate Terhadap Pertumbuhan Ekonomi?
40 menit yang lalu
Terancam Tarif, China Buka Peluang Dialog Kerja Sama dengan AS
56 menit yang lalu