BISNIS.COM, JAKARTA- Penunjukkan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti) sebagai pemenang tender proyek pengadaan alat teknologi informasi untuk memonitoring konsumsi BBM bersubsidi dikarenakan PT Inti memberikan penawaran paling rendah, yakni Rp20,74 per liter.
Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution PT Pertamina (Persero) Suhartoko mengatakan berdasarkan hasil evaluasi, penawaran PT Inti memang yang terbaik. Baik dari sisi teknis (terbaik), maupun harga (terendah).
“Harga penawarannya Rp18 per liter (hanya sampai dengan monitoring) dan Rp20,74 per liter (sampai dengan pengendalian),” kata Suhartoko melalui pesan singkatnya, Rabu (3/4/2013).
Adapun peserta lainnya, yakni PT Telekomunikasi Indonesia (Tbk) tidak dipilih sebagai pemenang lantaran penawaran harganya yang sangat mahal. “Loh, mengapa tanya Telkom? Dia sangat mahal, kira-kira harganya 4X,” tambahnya.
Pertamina sudah menunjuk PT Inti sebagai pemenang tender pengadaan sistem teknologi informasi yang bernama Sistem Monitoring Pengendalian BBM subsidi (SMP BBM Subsidi). Namun, tersiar kabar bahwa Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan berencana membatalkan penunjukkan tersebut.
“Wah kalau terkait dengan Pak DI (Dahlan Iskan) saya tidak tahu. Proses tender sudah selesai, terserah orang-orang besar mau diapain,” tegasnya.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan dengan terpilihnya PT Inti, diharapkan pada Juli ini seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah Jabodetabek sudah terpasang alat pemantau tersebut. Alat tersebut dipasang untuk memonitor transaksi penjualan BBM subsidi di SPBU.
Ali mengatakan pemasangan teknologi ini dilakukan secara bertahap mengingat jumlah SPBU Pertamina di seluruh Indonesia mencapai 5.027 stasiun dengan 91.311 kepala selang pompa SPBU (nozzle).
Setelah merampungkan pemasangan SMP BBM subsididi Jabodetabek, Pertamina akan memperluas sistem monitoring tersebut ke seluruh SPBU di Pulau Jawa yang ditargetkan akan siap dioperasikan pada akhir 2013.
Kemudian di 2014 rencananya Pertamina telah menyelesaikan pemasangan sistem SMP BBM subsidi di sebagian besar Tanah Air.
Dengan sistem itu pembelian BBM subsidi setiap kendaraan akan tercatat. Kalau pembeliannya sudah melebihi jumlah yang ditetapkan, maka secara otomatis nozzle di SPBU akan mati.
Nantinya, Pertamina akan bekerja sama dengan aparat kepolisian untuk pelaksanaan pembatasan tersebut terutama terkait pendataan kendaraan. Sebelum terpilihnya PT Inti, proses lelang diikuti oleh empat peserta, yakni PT Telkom Tbk, PT Inti, PT LEN dan PT Sucofindo.
Kemudian, tersaring kembali dan menyisakan PT Inti dan PT Telkom. Pertamina akhirnya memilih PT Inti sebagai pemenang.
Melalui sistem tersebut, Pertamina memperkirakan dapat menekan kebocoran BBM subsidi hingga 1,5 juta kiloliter atau berhemat senilai Rp7,5 triliun. Sementara, untuk penerapan sistem SMP BBM subsidi, biaya yang dibutuhkan sekitar Rp20 per liter atau Rp800 miliar dengan asumsi konsumsi 40 juta kiloliter per tahun.(msb)