JAKARTA--Bank Dunia memproyeksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 berisiko melebar ke level 2,5% terhadap PDB akibat membengkaknya realisasi belanja subsidi BBM.Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop mengatakan proyeksi tersebut naik tipis dari target defisit yang ditetapkan pemerintah dalam APBN-P 2012, yakni 2,23% terhadap PDB."Posisi fiskal Indonesia secara keseluruhan masih tetap kuat dan pemerintah memiliki cadangan yang memadai untuk membiayai defisit yang sedikit melebihi sasaran," ujarnya, Selasa (18/12).Menurut Diop, pendorong utama melebarnya defisit fiskal adalah meningkatnya subsidi BBM. Dalam APBN-P 2012, pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi BBM sebesar Rp137,3 triliun. Namun, realisasinya diproyeksi meningkat menjadi Rp216 triliun--Rp219 triliun.Pembengkakan subsidi BBM turut didorong oleh over kuota subsidi BBM menjadi lebih dari 45 juta kiloliter, deviasi asumsi lifting minyak dari 930.000 menjadi 900.000 barel/hari, depresiasi kurs menjadi Rp9.400/US$, dan peningkatan harga minyak mentah (ICP) ke kisaran US$115/barel.Pada 2013, Bank Dunia memproyeksikan defisit APBN 2013 berada pada kisaran 1,5-1,7% dari PDB. "Target defisit yang ditetapkan pemerintah 1,65% masih sesuai dengan baseline yang kami proyeksikan," kata Diop.Bank Dunia mendorong agar Indonesia melakukan restrukturisasi sistem subsidi BBM agar tekanannya terhadap fiskal dapat berkurang."Ini kebijakan yang tidak bagus karena tidak pro fiskal dan mengganggu lingkungan. Perlu kebijakan subsidi yang lebih tepat sasaran dan mengalihkannya untuk belanja infrastruktur dan belanja sosial," ujar Lead Economics Bank Dunia untuk Indonesia James Brumby.Sebelumnya, Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan defisit APBN-P 2012 akan melebar ke tingkat 2,3--2,4% terhadap PDB. (Bsi)
APBN 2012: Realisasi defisit diprediksi melebar jadi 2,5%
JAKARTA--Bank Dunia memproyeksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 berisiko melebar ke level 2,5% terhadap PDB akibat membengkaknya realisasi belanja subsidi BBM.Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Diena Lestari
Editor : Puput Jumantirawan
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 hari yang lalu