JAKARTA--Merosotnya harga komoditas dunia berisiko menurunkan minat investasi di sektor sumber daya alam yang saat ini menjadi salah satu sektor primadona Indonesia.Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop mengatakan pasar komoditas mengalami tekanan akibat melambatnya permintaan global. Akibatnya, harga komoditas cenderung mengalami penurunan."Komoditas tetap berada di bawah harga tertingginya, walaupun sebagian telah meningkat beberapa bulan terakhir," kata Diop dalam paparan Perkembangan Triwulan Perekonomian: Menyoroti Kebijakan, Selasa (18/12/2012).Berdasarkan data yang dirangkum Bank Dunia, harga minyak sawit dari Desember 2011 ke November 2012 mengalami penurunan sebesar 20,7%. Pada periode yang sama, harga batu bara dan karet turun masing-masing 24,3% dan 12,1%.
Menurut Diop, pasar komoditas mempunyai korelasi yang cukup kuat dengan investasi. "Penurunan harga komodias merupakan disinsentif sendiri bagi dunia usaha. Kalau ini lagi turun, ada risiko investasi juga turun," tuturnya.Berdasarkan catatan Badan Koordinator Penanaman Modal (BPKM), sektor pertambangan masih menjadi tujuan utama bagi aliran penanaman modal asing langsung, namun porsinya cenderung menurun. Pada semester I/2012, PMA di sektor pertambangan mencapai 26,2%, sedangkan pada kuartal III/2012 porsinya turun menjadi 21,5%.Kendati demikian, sejauh ini pertumbuhan investasi tetap bertahan terhadap penurunan harga komoditas dan ekspor. BKPM mencatat realisasi investasi Januari-September 2012 telah naik 27% year on year menjadi Rp229,9 triliun atau 81,1% dari target investasi 2012 yang sebesar Rp283,5 triliun.Realisasi PMA didominasi oleh sektor industri pertambangan US$3,15 miliar, industri kimia/farmasi US$2,47 miliar serta industri transportasi, gudang dan telekomunikasi US$1,87 miliar.Pada 2013, investasi langsung ditargetkan meningkat menjadi Rp390 triliun. "Indonesia harus menjaga dan meningkatkan aliran masuk investasi asing, karena investasi dan konsumsi publik menjadi motor pertumbuhan ekonomi pada 2013," kata Diop.Pada 2012, Bank Dunia memproyeksi ekonomi Indonesia akan tumbuh 6,1% dan meningkat ke level 6,3% pada 2013. Proyeksi tersebut didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,1%, konsumsi pemerintah 6,1%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB/investasi) 11,2%, dan ekspor-impor diproyeksi tumbuh 7,9% dan 10,1%.Untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi yang di tengah ketidakpasatian ekonomi global, tambah Diop, Indonesia perlu mengambil kebijakan secara bijak. Utamanya di sektor iklim investasi, ketenagakerjaan, dan belanja pemerintah."Regulasi bisnis dan investasi menjadi hal yang harus diperhatikan. Iklim investasi di Indonesia harus mampu meminimalisir ketidakpastan," tuturnya.Menurutnya, kebijakan di bidang ketenagakerjaan harus disusun dengan seimbang dan komprehensif. Selain itu, Bank Dunia juga mendorong agar Indonesia meningkatkan kualitas belanja pemerintah dengan mengurangi porsi subsidi dalam APBN dan meningkatkan belanja sosial, infrastruktur, dan pendidikan. (msb)