Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GINANDJAR KARTASASMITA: Pembatasan Impor Bisa Tekan Produksi & Ganggu Ekonomi

JAKARTA: Pembatasan impor berisiko menekan produksi dan mengganggu perekonomi Indonesia yang ditargetkan dapat tumbuh 6,5% pada 2012 dan 6,8% pada 2013.Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Ginandjar Kartasasmita menuturkan dalam situasi krisis, negara-negara

JAKARTA: Pembatasan impor berisiko menekan produksi dan mengganggu perekonomi Indonesia yang ditargetkan dapat tumbuh 6,5% pada 2012 dan 6,8% pada 2013.Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Ginandjar Kartasasmita menuturkan dalam situasi krisis, negara-negara di dunia cenderung berlindung di balik pasar domestiknya. Untuk itu, Ginandjar menyarankan agar Indonesia membatasi impor untuk melindungi pasar domestik."Sekarang ini yang paling gampang menekan impor. itu yang paling cepat," katanya dalam Sarasehan Ekonomi: Menyusun Ulang Pembangunan Ekonomi Indonesia 2014, Rabu (12/12/2012).Sebagai substitusi dari pembatasan impor, kata Ginandjar, industri dalam negeri harus berupaya memproduksi barang-barang komoditas impor Indonesia.Direktur Eksekutif INDEF Ahmad Erani Yustika berpendapat kebijakan pembatasan impor berisiko menurunkan produksi nasional. Pasalnya, 73% komponen impor adalah barang baku dan penolong industri lokal."Kurangi impor sekarang tanpa perubahan struktural di domestik sama saja mengurangi output, karena inputnya tidak ada di domestik," ujarnya.Indef memperkirakan impor akan tetap meningkat pada 2013. Desakan barang-barang impor, terutama dari China, diproyeksi masih akan gencar sebagai akibat pengalihan pasar dari Eropa dan Amerika ke Asia Tenggara."Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan pangsa pasar yang cukup menjanjikan bagi negara-negara industri yang ingin menjaga momentum pertumbuhan ekonominya," kata Erani.Armida S. Alisjahbana, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas, mengungkapkan importasi akan tetap tinggi selama terjadi peningkatan investasi asing di Indonesia."Dalam jangka pendek, kebutuhan impor itu akan tetap, sambil kita mendorong industri bahan baku penolong di dalam negeri," katanya.Ekonom Indef Enny Sri Hartati mengkritisi komponen impor yang masuk ke Tanah Air. Menurutnya, apabila 73% impor adalah barang baku dan penolong, industri pengolahan di Indonesia seharusnya dapat tumbuh double digit."Kalau angka itu benar, harusnya manufaktur bisa tumbuh belasan persen, tidak seperti sekarang hanya 5%-6%," ujarnya.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, industri pengolahan tumbuh 5,71% pada kuartal I/2012, 5,37% pada kuartal II/2012, dan 6,36% pada kuartal III/2012. Adapun pertumbuhan industri manufaktur sepanjang 2012, ditargetkan mencapai 6,75%. (bas)(Foto:setkab.go.id) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Diena Lestari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper