JAKARTA -- PT Toba Bara Sejahtera Tbk memprediksi produksi batu bara sepanjang 2012 hanya naik 5% dari realisasi tahun lalu akibat lesunya pasar komoditas yang mendorong perusahaan melakukan efisiensi.
Corporate Secretary Toba Bara Perry B. Slangor memperkirakan produksi batu bara perseroan mencapai 5,5 juta ton selama tahun ini, merevisi target sebelumnya 7,6 juta ton.
"Fokus kami saat ini adalah menjaga profit di tengah kondisi pasar batu bara yang kurang mendukung," ujarnya Selasa (6/11) di sela-sela Indonesia Coal Investment Forum.
Menurutnya, harga batu bara global sangat berpengaruh terhadap industri di sektor ini sehingga pendapatan perseroan juga terkena imbasnya. Dia menyebutkan harga jual rata-rata perseroan selama 9 bulan pertama tahun ini turun sekitar 17% dibandingkan periode sama tahun lalu meski enggan menyebutkan harga pastinya.
Sementara itu, penjualan juga diprediksi stagnan seiring dengan permintaan yang lesu.
Sebagian besar produksi batu bara perusahaan diekspor ke negara-negara Asia Pasifik termasuk Taiwan, Korea Selatan, China, dan India.
Sepanjang 3 kuartal tahun ini, emiten berkode TOBA tersebut membukukan pendapatan US$283,36 juta, merosot 19,7% dibandingkan US$352,80 juta pada periode sama tahun lalu.
Di saat yang sama, laba bersih juga anjlok 82,3% menjadi US$17,01 juta, dibandingkan US$95,98 juta pada periode sama 2011.
Oleh sebab itu tidak mengherankan bila marjin laba juga menyusut hingga 6% sepanjang Januari-September 2012, dibandingkan 27% pada periode sama tahun lalu.
Laporan arus kas dari aktivitas operasi tercatat negatif US$27,89 juta sepanjang periode tersebut dibandingkan US$42,99 juta pada periode sama tahun lalu.
Menghadapi kondisi pasar batu bara yang tengah lesu, Perry menjelaskan pihaknya saat ini berupaya menjaga profitabilitas dengan melakukan efisiensi untuk menekan biaya.
"Kami harus mengoptimalkan operasi tambang contohnya dengan membuat infrastruktur terintegrasi di antara tambang-tambang anak usaha kami," tuturnya.
Emiten yang baru melantai di bursa Juli lalu ini memiliki konsesi tambang seluas 7.087 hektare di Kalimantan Timur yang dioperasikan oleh 3 anak usahanya yaitu PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Indomining (IM) dan PT Trisensa Mineral Utama (TMU).
Adapun jumlah sumber daya per September 2012 sebanyak 236 juta ton sedangkan cadangan mencapai 147 juta ton. Produk batu bara perusahaan ini terdiri dari 4 jenis dengan kadar kalori berkisar antara 4.700 hingga 5.800.
Dia menjelaskan perusahaan tengah membangun jalan sebagai infrastruktur untuk mendistribusikan batu bara yang saling terhubung di ketiga lokasi tambang anak usahanya itu. Dengan penggunaan infrastruktur bersama, diharapkan dapat menghemat biaya.
Pembangunan jalan tersebut masih dalam proses dan jumlah dananya belum dapat diungkapkan meski perusahaan berharap selesai pada kuartal kedua tahun depan. (faa)