JAKARTA-Program pengembangan mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car harus diselaraskan dengan paket masterplan percepatan pembangunan dan perluasa pembangunan Indonesia jika ingin mencapai hasil lebih optimal.
Suhari Sargo, ahli bidang otomotif, mengatakan penyelarasan dengan masterplan percepatan pembangunan dan perluasan pembangunan Indonesia (MP3I) agar posisi mobil murah ramah lingkungan semakin jelas.
"Posisi pasar mobil low cost green car harus diperjelas, apakah untuk wilayah kota besar seperti Jakarta atau di daerah lain yang tingkat kepadatan lalu lintasnya relatif tidak terlalu tinggi, sehingga perlu diselaraskan dengan program MP3I," katanya di Jakarta, Senin (29/10/2012).
Dia mengatakan kendaraan LCGC yang harganya relatif murah itu diperkirakan sulit menggantikan fungsi sepeda motor yang selama ini menjadi sarana transportasi utama bagi sebagian warga kota besar seperti Jakarta, termasuk masyarakat komuter dari daerah di sekitaranya.
Sepeda motor menjadi pilihan utama, lanjutnya, karena mampu menerobos situasi kemacetan lalu lintas yang parah, biaya operasioalnya jauh lebih murah dari mobil pribadi, dan pengeluarannya lebih rendah dari membayar tarif angkutan umum.
Menurutnya di kota besar seperti Jakarta para pemilik mobil LCGC diperkirakan tidak setiap hari menggunakan kendaraannya ke tempat kerja karena kurang efisien akibat kemacatan lalu lintasnya yang parah, dan hanya digunakan pada akhir pekan atau saat liburan.
Namun, lanjutnya, ukuran mobil yang relatif kecil tersebut kurang menarik untuk perjalanan bersama keluarga pada akhir pekan atau saat liburan dan ketika mudik Lebaran ke kampung halamannya, karena lebih nyaman dengan kendaraan yang lebih longgar.
Suhari mejelaskan perlu dipertimbangkan juga bawah mobil LCGC yang berukuran relatif mungil itu kemungkinan kurang diminati masyarakat di daerah, yang cenderung lebih tertarik kendaraan serbaguna dengan kapasitas angkut penumpang atau barang yang lebih banyak.
Pemerintah dan agen tunggal pemegang merek, lanjutnya, dapat belajar dari keberhasilan mobil kijang keluaran pertama, yang bentuknya sederhana, langsung diterima pasar, terutama di daerah, karena dapat memenuhi selera konsumen yang menginginkan kendaraan serba guna berkapasitas besar.
Dengan demikian, tambahnya, penselarasan kedua program LCGC dan MP3I dapat mendukung pemerintah dalam upaya mempercepat pembangunan dan perluasan pembangunan di Indonesia demi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Menurutnya, perlu koordinasi antar lembaga pemerintah yang terkait untuk menyukseskan program LCGC dan MP3I meliputi antara lain kementrian keuangan, kementrian perindustrian, kementrian pedagangan, kementrian energi, sumber daya mineral, dan kementrian pekerjaan umum.
Suhari menjelaskan pengertian green car dalam program LCGC dapat dinilai tidak maksimal jika masih menggunakan bahan bakar minyak, terutama yang harganya masih mendapat subsidi dari pamerintah.
Selain itu, imbuhnya, penurunan tingkat pencemaran emisi gas buang relatif dengan kendaraan LCGC dapat dicapai di daerah perkotaan dengan tingkat kepadatan lalu lintas tinggi. Namun, tidak maksimal untuk daerah yang jumlah kendaraannya tidak sebanyak di kota besar seperti Jakarta.
"Tetapi, upaya mencegah pencemaran lingkungan harus terus diupayakan secara bersungguh-sungguh, termasuk yang berasal dari emisi gas buang knalpot kendaraan," tegasnya.(msb)