JAKARTA: PT Central Omega Resources Tbk mengatakan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri akan memberikan nilai tambah dari sisi keekonomian dan tenaga kerja.
Direktur Operasi Central Omega Resources Tbk Ciho Bangun mengatakan pembangunan smelter akan menambah nilai tambah dari sisi keekonomian.
“Kalau nilai tambah itu sudah tentu, dari yang diekspor sekarang bijih nikel harganya sekitar US$ 30-US$ 50 per ton setelah diolah menjadi feronikel harganya naik berlipat,” kata Ciho dalam konferensi pers acara Ceremony Pembentukan Usaha Patungan antara E United dan PT Central Omega Resources Tbk dari Taiwan untuk mendirikan perusahaan patungan membangun Smelter hari ini, Kamis (18/10).Menurut Ciho, harga nikel global sekarang sekitar US$ 17.800 per ton. Dengan begitu, akan memberikan nilai tambah tersendiri.Selain dari sisi keekonomian, dengan membangun smelter, perusahaan akan mendapat nilai tambah dalam bentuk tenaga kerja dan industri di daerah.
Adapun serapan tenaga kerja selama masa konstruksi sekitar 2.000-2.500 orang. Sedangkan kalau sudah beroperasi berkisar antara 800.000 orang termasuk tambang, pabrik dan segala fasilitasnya.PT Central Omega Resources Tbk dan E United Grup dari Taiwan mendirikan perusahaan patungan untuk proyek pabrik pengolahan bijih nikel senilai US$700 juta. Dalam joint venture ini, Central Omega memegang 40% saham dan E United melalui anak usahanya Asiazone Co Ltd yang berbasis di Hong Kong mengendalikan 60%.Sebelumnya, Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Thamrin Sihite mengatakan masih ada perusahaan mineral yang menyebutkan bahwa pembangunan smelter tidak ekonomis untuk dilaksanakan.Oleh karena itu, untuk menjawabnya, pemerintah tengah melakukan kajian dengan membuat Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan banyak perguruan tinggi. Adapun diskusi bisa dilakukan dalam situasi formal dan informal. “Kita ajak mereka diskusi. Kita ingin hasilnya komprehensif.” (sut)