Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR MODAL: Indonesia hadapi risiko gelembung ekonomi

JAKARTA: Indonesia menghadapi risiko gelembung ekonomi di pasar modal dan aset properti seiring bergulirnya kebijakan moneter negara-negara maju yang mendorong membanjirnya likuiditas di pasar keuangan global.Ekonom Senior Standard Chartered Bank Fauzi

JAKARTA: Indonesia menghadapi risiko gelembung ekonomi di pasar modal dan aset properti seiring bergulirnya kebijakan moneter negara-negara maju yang mendorong membanjirnya likuiditas di pasar keuangan global.Ekonom Senior Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan dalam 18-24 bulan ke depan, bank sentral negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang cenderung menerapkan tingkat suku bunga yang sangat rendah."Selain itu, mereka diperkirakan akan terus melakukan suntikan likuditas ke pasar finansialnya. Di AS melalui quantitative easing, di Eropa melalui pembelian surat utang negara-negara yang bermasalah seperti Yunani dan Italia. Untuk sementara kebijakan tersebut menciptakan ekses likuiditas," tuturnya usai dialog Bank Dunia terkait perkembangan ekonomi Indonesia, Senin (15/10/2012).Kelebihan likuditas di pasar finansial global, imbuhnya, untuk sementara akan diparkir di pasar uang dan surat berharga AS (U.S. treasury). Namun, apabila perekonomian Eropa dan AS mulai pulih dan risiko pasar finansial mereda, kelebihan likuiditas akan beralih ke negara yang ekonominya tumbuh pesat, seperti Indonesia."Masalahnya negara-negara seperti Indonesia, pertumbuhannya pesat tetapi tidak cukup pesat menyerap likuiditas ke sektor riil sehingga gap-nya akan masuk ke sektor finansial yaitu pasar saham dan obligasi," paparnya.Sayangnya, kata Fauzi, sektor keuangan, khususnya pasar modal di Indonesia belum cukup dalam untuk menampung kelebihan likuiditas. Akibatnya, mayoritas capital inflow akan lari ke pasar uang, surat berharga, properti, dan pasar modal. Menurutnya, dalam kondisi bubble harga aset finansial akan naik tajam antara 18%-20%."Di satu titik harga aset di pasar finansial akan naik tajam dan pada suatu saat bank sentral global ini menaikkan suku bunganya mungkin 2-3 tahun yang akan datang. Maka akan tercipta asset bubble di mana pasar finansial di negara berkembang tersebut akan turun tajam," jelas Fauzi.Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop menuturkan kelebihan likuiditas di pasar finansial global berpotensi masuk ke Indonesia. "Betul bahwa hal tersebut bisa menimbulkan gelembung di pasar properti dan aset pasar keuangan," ujarnya.Diop mengapresiasi sejumlah langkah yang telah diambil Bank Indonesia untuk mengantisipasi bubble di sektor keuangan. Misalnya, membatasi eksposure bank di sektor properti dan meningkatkan uang muka (down payment) kredit barang konsumsi."Bubble sangat terpengaruh oleh suplai dan demand di pasar. Menurut saya, Indonesia masih jauh dari kondisi ini, tapi memang perlu diwaspadai," tuturnya.Untuk menghadapi kesiagaan menghadapi krisis jangka pendek, imbuh Diop, Indonesia harus meningkatkan fokus pada upaya-upaya struktural yang bertujuan mendorong pertumbuhan. Upaya struktural jangka panjang tersebut a.l. memperkuat investasi di bidang infrastruktur, keterampilan, dan pendidikan, serta memperkuat perlindungan sosial.Dalam penutupan pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan aksi pelonggaran moneter di negara maju dapat menyebabkan gelembung aset dan overheating di negara berkembang,"Kebijakan moneter yang akomodatif... bisa mengganggu kapasitas ekonomi negara berkembang untuk menyerap besarnya arus modal masuk dan ini dapat menyebabkan overheating gelembung harga aset," kata Lagarde. (msb)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Diena Lestari
Sumber : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper