Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI PENGOLAHAN: inilah Faktor Penghambat RI Menurut Bank Dunia

JAKARTA: Konektivitas, kredit, kompetisi, dan inovasi disebut Bank Dunia sebagai tantangan berkembangnya industri pengolahan di Indonesia.Sjamsu Rahardja, Ekonom Senior Bank Dunia, mengatakan hal utama yang harus dibenahi Indonesia adalah buruknya konektivitas

JAKARTA: Konektivitas, kredit, kompetisi, dan inovasi disebut Bank Dunia sebagai tantangan berkembangnya industri pengolahan di Indonesia.Sjamsu Rahardja, Ekonom Senior Bank Dunia, mengatakan hal utama yang harus dibenahi Indonesia adalah buruknya konektivitas yang menimbulkan tingginya biaya logistik."Akselerasi konektivitas harus segera dilakukan pemerintah, terutama yang menghubungkan kawasan industri, memfasilitasi perdagangan, dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan," ujarnya dalam seminar Bank Dunia tentang sektor manufaktur, Rabu (10/10/2012).Infrastruktur konektivitas yang memfasilitasi perdagangan, lanjutnya, menjadi penting untuk mendukung industri pengolahan. Karena produk manufaktur harus didistribusikan untuk diperdagangkan di pasar domestik dan ekspor dengan biaya logistik yang efisien.Dibandingkan dengan Malaysia, biaya logistik di Indonesia hampir mencapai 2 kali lipat. Sjamsu mencontohkan, biaya yang harus dikeluarkan pengusaha dari Cikarang menuju Tanjung Priok mencapai US$750, sedangkan biaya logistik untuk jarak yang hampir sama di Malaysia, yakni dari Pasir Gudang ke Tanjung Pelepas hanya US$450.Selain itu, pemerintah perlu memfasilitasi investor yang ingin masuk dan melakukan ekspansi di sektor manufaktur. Bukan hanya itu, fasilitasi juga harus dilakukan pemerintah bagi dunia usaha yang ingin keluar dari sektor manufaktur."Jangan sampai karena regulasi, suatu perusahaan manufaktur tetap berjalan tapi sebenarnya sudah tidak produktif," tutur Sjamsu.Regulasi yang memakan banyak energi, kata Sjamsu, menimbulkan kerugian karena menurunkan pertumbuhan sektor manufaktur serta mengurangi potensi penyerapan tenaga kerja dan penanaman investasi.Sjamsu juga merekomendasikan agar pemerintah mengelola arus investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) dan keterbukaan akses perdagangan internasional untuk merangsang tumbuhnya sektor manufaktur di Tanah Air.  (if) 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Diena Lestari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper