JAKARTA:Japan Bank for International Cooperation (JBIC) akan segera menggarap sejumlah proyek infrastruktur yang nilainya mencapai US$5,72 miliar.Deputi bidang Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Dedy S. Priatna menuturkan saat ini JBIC berpartisipasi dalam pendanaan proyek PLTU Jawa Tengah 10.000 MW yang nilai proyeknya mencapai US$3,5 miliar."Proyek yang diminati kereta api Kalimantan tengah, PLTU mulut tambang di Sumatera Selatan 3x600 MW, dan water supply di Semarang. Itu sudah pasti dengan JBIC semua," ujarnya dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan ke-3 Pemerintah Indonesia dan JBIC: Dialog Kerangka Kebijakan Pendanaan di Kementerian Keuangan, Jumat (28/9/2012).Berdasarkan Public Private Partnership (PPP) Book, proyek PLTU mulut tambang di Sumatera Selatan terdiri dari 2 proyek. PLTU mulut tambang yang berkapasitas 2x600 MW diproyeksi membutuhkan biaya sebesar US$1,56 miliar, sedangkan PLTU yang kapasitasnya 1x600 MW membutuhkan investasi sebesar US$780,8 juta.Sementara itu, proyek water supply di Semarang juga terdiri dari dua proyek, yakni proyek West Semarang Municipal Water Supply US$78 juta dan Ungaran Water Supply Semarang Regency US$10,22 juta.Adapun proyek kereta api batu bara di Kalimantan Tengah diestimasi membutuhkan investasi sebesar US$2,5 miliar. Dengan demikian, apabila dikalkulasi nilai proyek-proyek yang diminati JBIC mencapai US$5,72 miliar.Dedy menjelaskan setiap proyek yang didanai JBIC selalu melalui tahap tender terbuka. Kecuali, proyek tersebut termasuk dalam program co-financing pemerintah Indonesia dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), misalnya proyek Metropolitan Priority Area (MPA)."Kalau pemenang tendernya investor Jepang, JBIC akan biayai. Inilah bedanya Jepang dengan negara lain, mereka punya dua tangan, JICA dan JBIC," kata Dedy.CEO JBIC Hiroshi Watanabe menuturkan selama ini pihaknya mengutamakan pembiayaan proyek pembangkit listrik. Namun, JBIC hendak memperluas cakupan pembiayaan infrastruktur ke sektor air bersih dan pembuangan air, serta transportasi kota."Sektor listrik, selama ini JBIC membiayai pembangkit listrik. Ke depan kami ingin membiayai distribusi listrik. Jepang punya teknologi tinggi untuk mendistribusikan listrik dengan efisien, kalau pemerintah Indonesia minat," tuturnya.Meski belum 100% puas atas kerjasama investasi di Indonesia, Watanabe memuji kemajuan implementasi PPP di Tanah Air dalam 1-2 tahun terakhir."Di Indonesia, pemerintah Indonesia tetap punya peran sesuai posisinya, sehinggga investor dan kreditur punya rasa aman. JBIC lihat ini suatu kemajuan. JBIC akan bekerjasama dengan pemerintah Indonesia agar model proyek ini bisa berjalan dengan lebih lancar," ungkap Watanabe.Menurutnya, penerapan skema PPP untuk menarik investasi swasta dalam dan luar negeri merupakan metode yang tepat di tengah turbulensi global yang berkembang saat ini.
JBIC, tambahnya, akan bekerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk membentuk skema pembiayaan baru yang bisa memberikan dana secara kokoh dan stabil, yakni dengan mengajak pihak investor, bank, dan lembaga pembiayaan lainnya.(msb)