JAKARTA—PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk mengakui sedang melakukan investasi meteran di stasiun penerima (receiving) gas di Muara Bekasi, agar PLN tetap bisa menerima pertukaran gas (swap) dari Lapangan Gajah Baru, Kepulauan Riau.
Sekretaris Perusahaan PGN Heri Yusup mengatakan pihaknya kini sudah melakukan pembicaraan dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Sayangnya, ia enggan merinci berapa nilai investasi meteran tersebut.
“Iya betul [investasi meteran], tapi berapa nilai investasinya saya cek dulu ya,” singkatnya ketika dihubungi Bisnis, hari ini.
Sementara itu menurut Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki, PGN menargetkan peningkatan kapasitas di stasiun Muara Bekasi selesai pada Mei 2013. Suryadi mengakui semestinya PGN dilibatkan sejak awal agar kontrak swap gas Gajah Baru bisa ditandatangani sesuai jadwal, yang seharusnya Juli ini.
“Pertama kali ini di-launch, saya sudah bilang ke BP Migas agar PGN diikutsertakan dalam rapat sejak awal. Saya sudah meramal hal ini [akan terjadi] sebelumnya. Jadinya status gas itu sekarang status quo. Tadinya mau diberikan ke Krakatau Steel, tapi mereka ngga mau karena masalah harga,” ujarnya.
Seperti diketahui, swap gas dari Lapangan Gajah Baru, Kepulauan Riau sebanyak 40 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) semula dikabarkan batal mengalir untuk PLN akibat kapasitas penerima dari Muara Bekasi menuju Muara Tawar sudah melebihi kapasitas (overcapacity).
Padahal sebelumnya, PLN telah menyepakati pokok-pokok perjanjian swap gas Gajah Baru. Harga jual gas ke PLN misalnya, sudah disepakati sebesar US$4,9 per juta BTU (MMBTU) dengan titik serah di Batam, Kepulauan Riau.
Sebelumnya, skenario swap-nya adalah gas sebesar 40 MMSCFD dari Lapangan Gajah Baru yang dioperasikan Premier Oil akan memasok ke konsumen ConocoPhillips di Singapura.
Selanjutnya, gas dari ConocoPhillips dengan jumlah yang sama, yang semula dialokasikan untuk konsumen di Singapura kemudian di-swap atau dialihkan ke PLTGU Muara Tawar.
Saat ini, gas yang mengalir ke saluran pipa Muara Bekasi sudah melebihi kapasitas. Saat ini gas yang masuk ada dari Grissik sekitar 370—400 MMSCFD ditambah dari Jambi Merang sekitar 150 MMSCFD. Sementara, kapasitasnya hanya sekitar 530 MMSCFD. (msb)